Olimpiade Kimia

163 50 31
                                    

Sepasang anak SMA yang berlawanan jenis kini sedang duduk berdampingan di meja yang menyediakan tombol di tengahnya. Almamater abu tua dengan lambang SMA Lentera Bangsa terpasang rapi di tubuh mereka, ditambah nomor peserta yang bertengger di sisi kirinya.

"Pertanyaan berikutnya, siapa cepat dia dapat" ucap juri yang akan menyampaikan pertanyaan kepada para peserta olimpiade.

Lala dan Ray saling menatap, menyalurkan keyakinan pada mata yang saling bertaut. Lala mengangguk, dan fokus ke depan untuk menyimak pertanyaan juri.

"Tersedia beberapa zat yaitu HCN, CH3COOH, HCl, NH3, dan H2O. Diantara zat-zat yang telah saya sebutkan tadi, zat manakah yang memiliki keasaman paling kuat?"

Teeeeeeettt...

Bunyi tombol dari meja Lala membuat semua pasang mata tertuju padanya.

"HCl, karena Ka = 1 x 106" jawab Lala yakin di tengah ruangan yang sedang hening ini.

Juri masi terdiam, tak lama setelah itu ia mengangguk. Tepuk tangan dari peserta lainnya mengisi ruangan ini. Lala menghela nafas lega, ia bisa menjawab soal itu hanya dengan menganalisis tanpa coretan. Ray yang berada di samping Lala tersenyum tipis, mungkin bangga dan takjub melihat kemahiran dan ketangkasan Lala dalam menjawab.

"Yang kedua,"

"Asam sulfat sebanyak 20 ml dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 M. Jika ternyata diperlukan 30 ml NaOH, kemolaran larutan asam sulfat tersebut adalah..." setelah berakhirnya pertanyaan dari juri, terlihat para peserta sedang sibuk mencari jawaban dengan pensil dan kertas yang telah disediakan panitia. Tak terkecuali Ray, jari-jarinya dengan lentik mencoret-coret kertas yang ada di hadapannya dengan beberapa rumus kimia.

Teett.

"0,15 M" jawab Ray singkat, tak lupa dengan wajahnya yang selalu datar.

"Benar" angguk Juri tersebut.

Lala bertepuk tangan seirama dengan peserta lainnya. Ia mengarahkan dua jempolnya ke depan wajah Ray, "Hebat lo!" Bisiknya namun dengan antusias. Lagi-lagi Ray tersenyum tipis, melihat tingkah Lala yang lucu.

***

"Akhirnya kelar juga, huh! Gila sih, lawannya pada jago-jago!" Ucap Lala melepas semua unek-unek yang ia tahan sedari tadi.

Tak ada respon dari Ray, Lala mencoba menghadap ke arahnya. "Ray, kira-kira kita ada peluang buat menang gak ya?" Tanya Lala yang sedang mengetuk-ngetuk dagu dengan jari telunjuknya.

"Hm" jawab cowo tembok itu.

Lala memutar bola matanya malas, sudah terbiasa dengan sifat cuek partner lombanya ini.

"Gw masih heran, kenapa lo bisa kepilih ikut olimpiade kimia? Kan lo anak IPS" Lala bertanya kepada Ray yang kini sudah mendudukkan dirinya di bangku taman sekolah yang menjadi tuan rumah olimpiade mereka.

"Semua yang gw jalani, itu diatur bokap nyokap" jawabnya santai membuat Lala mengernyit heran. Lala juga sama, hidupnya diatur oleh kedua orang tuanya, dan itu membuat Lala benar-benar muak, tapi kenapa Ray mengucapkannya seakan-akan itu hal yang sepeleh?

"Terus, lo ngikut aja gitu?" Tanya Lala penasaran.

"Udah terbiasa" jawabnya singkat.

"Lo juga gitu kan? Ngikutin apa yang orang tua lo mau?" Lanjut Ray membuat Lala tertegun. Nasib mereka sama, tapi Lala lebih merahasiakan semuanya, tentang apa yang ia jalani selama ini itu hanyalah kemauan dan tuntutan dari orang tua. Karena baginya, apa yang diputuskan oleh keduanya adalah yang terbaik untuk dirinya.

Are U Okay?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang