Tebak, ini udah berapa bulan dari terakhir aku update?
Aku juga gatau sih say, lupa"Hai Lan Zhan, kayaknya berat banget tuh kertasnya, mau aku bantuin?" Ucap Wei Wuxian berdiri dari kursi dan berjalan menuju Lan Wangji sambil tersenyum-senyum tidak jelas.
Luo Binghe yang melihat itu langsung menarik kerah Wei Wuxian untuk kembali duduk di kursi sebelahnya. "Heh kau tidak melihat? Dia membawa kertasnya hanya 5 lembar, kau ini mau membantu atau mau kabur?"
"Loh aku mau kabur kemana emangnya? Lagian Lan Zhan kan mau ngasih kertasnya ke Eyang Lan Qiren, benar kan eyang?" Balas Wei Wuxian sambil menatap muka Lan Qiren pas di depan wajahnya.
"Tidak usah dekat-dekat, mulutmu bau odol kodomo, nanti Eyang Lan Qiren pingsan, dihukum mati kamu." Luo Binghe menarik bahu Wei Wuxian menjauh. Sejujurnya Luo Binghe cape harus ngurusin anak tupai ini yang kerjaannya tidak bisa diam. Tapi kalau tidak di jaga, sebagai kerabatnya, nama nya bisa ikut terseret-seret dalam masalah.
"Berisik banget sih kayak tukang jamu."
Astaga, si kutil ini tidak tahu terima kasih, padahal Luo Binghe sudah menahan amarah sedari tadi. Kalau begini ceritanya, ia tidak bisa diam saja.
"Ngajak ribut banh?"
"Boleh jeng, hayu, mau dimana? Disini juga hayuuu."
"Ribut lagi, saya kasih surat peringatan kalian berdua." Ucap Lan Qiren sambil menatap sinis ke arah dua sejoli yang hendak bertengkar itu.
Wei Wuxian yang memang sudah dasarnya bandel alias tidak mau diam. Akhirnya angkat bicara. Sepertinya anak ini hendak adu mulut lagi dengan Lan Qiren.
"Kok gitu sih eyang. Aku cuman bercanda padahal. Jangan marah ya, ntar aku beliin Kiko." Balas Wei Wuxian nyengir ke arah Lan Qiren yang sudah menahan amarah sejak tadi.
"Lawak, eyang mana mau Kiko Seribuan begitu. Kasihnya yang mahalan dikit dong. Cireng misalnya." Timpal Luo Binghe disamping Wei Wuxian.
Akhirnya kedua sepupu itu ribut kembali, tanpa memedulikan sekitar. Lan Qiren yang melihat hal tersebut hampir saja mengambil kardus bekas tv, hendak melemparkannya ke kepala 2 tengil itu. Tapi tertahan oleh tangan cucunya.
Lan Wangji yang berhasil menahan tangan Lan Qiren, segera berbicara ke arah 2 sepupu itu.
"Wei Ying, Luo Binghe gege, tolong dengarkan ucapan Guru Qiren dulu sebentar." Suara Halus nan lembut Lan Wangji menyadarkan mereka berdua. Ah sepertinya hanya Wei Wuxian saja yang sadar.
"Kok diem tengil? Kalah debat ya?? Hahaha." Ucap Luo Binghe berbangga diri.
"Diem Cug, Ayangnya aku nyuruh diem ya diem, jangan berisik terus." Balas Wei Ying sambil mentoel jidat Luo Binghe, membuat sang empunya hampir terjungkir ke belakang dari kursinya.
"Sok sok an ayang-ayangan. Halu."
"Halu darimananya? Ini ayang aku ada di samping aku." Wei Wuxian menarik lengan Lan Zhan ke sampingnya. Lalu memeluknya dengan manja.
"Maaf ya Lan Zhan, dia lupa minum obat tadi pagi." Ucap Luo Binghe sambil menarik tubuh Wei Wuxian agar melepaskan pelukannya. Tapi memang dasarnya anaknya bandel minta ampun, alhasil Lan Wangji ikut tertarik ke samping.
"Lepasin Jamet, kasihan anak orang kau peluk-peluk tidak jelas."
"Lan Zhan nya saja tidak marah, kenapa kau yang sewot? Iri ya?? Tidak bisa seperti ini dengan Sizhun?" Ucap Wei Wuxian sambil nyengir-nyengir tidak jelas di depan wajah Luo Binghe. Sengaja ingin membuat sang empunya kesal.
Kembali lagi seperti ini. Sudah dinasehati berkali-kali tetap saja tidak berubah-ubah. Berisik terus kerjaannya. Kalau Lan Qiren punya penyakit jantung, ia sudah lama meninggal di kantor sekolah.
"Wei Ying, mau ke kelas. Masih ada pelajaran." Lan Wangji berbisik di telinga pria yang sedikit lebih pendek darinya itu.
Wei Wuxian yang mendengar bisikan kecil Lan Wangji tiba-tiba saja tertawa terbahak-bahak. Pasalnya ia memiliki spot geli di telinganya.
Luo Binghe yang melihat kejadian itu memanfaatkan keadaan dengan segera menarik sepupunya itu dari samping Lan Wangji. "Sudah ku tahan, kau pergi saja Wangji, tidak usah pedulikan si jamet ini. Dia harus ku ruqyah dulu."
"Tunggu sebentar." Ucap Lan Qiren kepada cucunya sebelum ia sempat membuka pintu. Lan Wangji yang merasa terpanggil segera menoleh ke arah Lan Qiren.
"Tolong Panggilkan Hua Cheng. Bilang padanya kalau Lan Qiren menunggu di kantor sekolah." Lan Wangji mengangguk kecil lalu segera meninggalkan ruangan.
Luo Binghe yang bingung dengan tujuan Lan Qiren memanggil Hua Cheng, segera angkat bicara. "Hua Cheng salah apa emang eyang?"
"OH IYA HUA CHENG, si keparat itu pasti sekarang sedang asik menonton Upin Ipin." Teriak Wei Wuxian tiba-tiba setelah kembali dari ketawanya yang tidak jelas. Ia melirik sinis ke arah Luo Binghe yang berada di sampingnya.
"Ini semua karena mu!!"
"Kenapa aku yang disalahkan?" Balas Luo Binghe.
"Karna kau mengganggu waktu menonton ku." Wei Wuxian mengarahkan dua jarinya dari matanya ke mata Luo Binghe.
"Denger ya Jamet, kita ada disini karna kamu berisik tidak jelas di Kantin."
"Jamet-jamet mulu, aku bukan jamet. Aku itu bidadari yang turun dari surga untuk menjadi jodoh Lan Wangji." Ucap Wei Wuxian ngelantur. Sambil bergerak-gerak tidak jelas seperti bidadari jatuh di sawah.
Lan Qiren tidak habis pikir. Apa mata mereka tidak melihat bahwa dirinya masih disitu. Melihat kedua anak didiknya bertengkar dengan hal yang tidak jelas.
Ketika Lan Qiren hendak melempar pulpen kearah dua anak berandalan itu. Tiba-tiba saja pintu ruang kantor terbuka. 3 orang di dalam saling bertatap-tatapan dengan orang yang berada di depan pintu.
"Eyang kenapa manggil saya ya? Saya sedang menikmati waktu istirahat loh." Hua Cheng berbicara dengan Lan Qiren menggunakan wajah Poker Face nya. Ia sangat kesal karna waktu menontonnya diganggu.
Padahal saat saat seperti ini yang di harapkan Hua Cheng. Ketika kedua sepupunya menghilang ditelan kantor Lan Qiren.
"Tolong Hua Cheng. Bawa kedua sepupumu keluar dari kantorku. Lalu suruh mereka agar tidak keluar dari kelas sampai jam pulang." Ucap Lan Qiren dengan wajah yang amat serius. Dibanding wajah serius, itu sepertinya wajah stress yang amat stress.
"Kok gitu eyang??! Kalo aku mau pipis bagaimana?" Timpal Wei Wuxian sambil memukul meja Lan Qiren. Anak ini sepertinya tidak takut mati.
"Bukan urusan saya."
"Loh?eyang mau ngajak ribut saya?"
"Ribut mulu kayak bocah jamet." Ucap Luo Binghe, berjalan keluar kantor diikuti Hua Cheng di belakangnya. Wei Wuxian yang mendengar itu langsung menoleh ke belakang lalu mendapati dirinya sudah ditinggal.
"Kok aku dtinggal sih!! Kita kan sepupu. Harus selalu bersama." Teriak Wei Wuxian berlari mengejar kedua sepupunya.
"Bukan." Kompak Hua Cheng dan Luo Binghe.
Wei Ying Jamet
[ Jawa Metal ]
Wkwk terlalu berisik anaknya.Tenang sayang-sayangku. Bulan puasa nanti aku bakalan sering update, soalnya hari libur asikk
Aku mau fokus ulangan dulu,dll.
Termasuk menikah dengan DokjaSee you next chapter
KAMU SEDANG MEMBACA
Trio Iblis di SMA MXTX [ Crossover ]
FanfictionTrio minim akhlak disatuin, ya gini. WARNING BXB!!! Kalau tidak suka harap menjauh! Typo bertebaran,mungkin akan sedikit OOC °ONGOING Mxtx Lokal Jiang Cheng tuh cape, kenapa tuhan menciptakan tiga makhluk ga jelas yang bikin hidup dia tambah runyam...