Lapangan Voli

5.9K 812 160
                                    

Aku mau cepet up,tapi aku banyak urusan,hiks... Jadi maaf kalau lama up nya.

°Panggilan kesayangan:>

Hua Cheng: Bodoh
Wei Wuxian: Tengil
Luo Binghe: Cengeng

.

.

.

.

Seorang pria muda dengan langkah kaki tergesa-gesa,berjalan menuju kearah sebuah kantor guru diujung koridor. Matanya sesekali melirik dan menangkap beberapa gadis yang tersenyum-senyum tidak jelas ketika melihatnya.

Mungkin mereka belum tahu. Kalau pemuda ini punya alergi pada tingkah ala cabe-cabean para gadis di sekolahnya. Itu bisa membuatnya seperti sedang mengalami Morning sickness. Doakan saja,semoga ia tidak terlihat seperti seorang ibu yang sedang hamil muda.

Sudah seminggu,sejak kejadian pertemuan keduanya dengan Wei Wuxian di sekolah ini,dan juga kakaknya yang melamar bekerja menjadi guru. Alasannya,karna kakaknya itu tidak betah berlama-lama di dalam kantor yang kerjaannya duduk mulu.

Katanya sih pengen mencari pengalaman baru. Sedangkan urusan kantor, ia kerjakan di sekolah sambil mengajar atau di serahkan ke pamannya untuk diambil alih sementara waktu.

Sialnya,perjalanan pulang dari hari pertama mengajar. Ia malah kena omel sama mas-mas cant--eh,ganteng maksudnya. Untung kakaknya orang yang sabar sepanjang masa,jadi tidak terlalu diambil pusing.

Ketika kakinya sampai di depan sebuah ruangan yang diketahui adalah kantor guru. Pemuda itu membuang nafas perlahan,sebelum mengetuk pintu yang tingginya hampir sama dengannya. Salahkan kepala sekolah yang tidak mau membeli pintu baru. Sudah tahu anak muridnya itu tinggi-tinggi.

Apalagi Hua Cheng yang terkadang menunduk ketika melewati pintu ruang kantor guru. Takut-takut kepalanya terpentok tembok,padahal masih terpisah beberapa centi.

Suara ketukan itu berhenti saat kenop pintu ditarik dari dalam. Tandanya ada seseorang yang akan membuka pintunya. Pemuda itu masih dengan posisi muka datarnya yang kayak ubin masjid. Tidak peduli jika ia dianggap patung berjalan. Intinya dirinya tampan,jadi tidak cocok jika disamakan dengan patung batu tersebut.

Pintu ruangan itu terbuka. Lalu,terlihatlah sosok dengan senyum cerahnya. Pakaiannya yang terlihat kusut,menandakan ia amat teramat sibuk sejak tadi.

"Wangji,apa kau sudah mau pulang? Kenapa terburu-buru begitu?" Tanya sosok itu,kepada pemuda di depannya.

"Mn,tidak apa-apa",balas Lan Wangji, datar.

"Ahh!! Baiklah kalau begitu,bagaimana kalau kita ke lapangan olahraga indoor?". Lan Xichen tersenyum cerah ke arah adiknya. Ia sudah membayangkan akan melihat pujaan hatinya sedang bermain voli dengan seksinya. Astaga,rasanya ia akan terbang jika melihatnya.

Lan Wangji mengernyit bingung. Ada apa ini?apakah kakaknya baru saja menang undian yang berhadiah naik haji,lalu ingin guling-guling di lapangan saking senangnya?ah itu tidak mungkin. Bahkan keluarganya itu yang malah membuat undiannya. Atau mungkin kakaknya baru saja terkena hukuman,setelah itu disuruh mengepel lantai lapangan?itu juga tidak mungkin.

Sang kakak yang melihat adiknya kebingungan tertawa kecil. Apakah adiknya se begitu tidak pekanya?mungkin sekali-kali ia harus diikutkan les tambahan tentang kepekaan manusia dan beberapa pelajaran tentang pentingnya mengeluarkan sebuah ekspresi.

"Kita akan melihat adik Wei dan adik Jiang bermain Voli,hari ini klub mereka sedang berlatih,apa kau yakin tidak ingin melihatnya?" Ujar Lan Xichen terus terang. Awalnya ia mau memberikan kejutan ke adiknya. Tapi sepertinya itu tidak akan berjalan mulus,mengingat Lan Wangji yang tidak pernah mau melakukan hal yang tidak berfaedah. Mari kita Kecualikan Wei Wuxian,pasti pemuda itu jadi prioritas utamanya.

Trio Iblis di SMA MXTX [ Crossover ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang