Pernikahan Al dan Andin berjalan dengan lancar, ramai sekali tamu yang datang. Andin masih terlihat murung karena sampai detik Ia belum tau bagaimana kabar orang tuanya. Mama Rosa selalu mendampingi Andin, mencoba menguatkan Andin.
"Mama dan Papa kamu pasti nanti datang kok Ndin, sabar ya sayang."Devan tidak hadir di pernikahan ini, Devan lebih memilih menyelesaikan pekerjaannya di kantor. Kini acara sudah berakhir, tamu pun sudah berpulangan.
Al dan Andin sekarang berada di kamar Al, suasananya sangat canggung.
"Kalau mau bersih-bersih itu kamar mandinya disana," ucap Al menunjuk kamar mandi di pojok tentu saja dengan muka cueknya.
"Iya Mas, terima kasih ya," jawab Andin.
Selepas bicara Al langsung keluar kamar, "Cuek banget, beda sama Devan," ucap Andin sambil menggerutu, kemudian Andin tersadar apa yang barusan Ia katakan,
"Astaga Andin, jangan mikirin Devan lagi dia kan udah jahat sama kamu," ucap Andin.
---
Disisi lain, keluarga Serhan sedang berkumpul untuk menyelesaikan masalah Devan,
"Al, harusnya kamu di kamar saja, kamu kan pengantin baru." ucap Zayn sembari ketawa.
"Cie akhirnya nikah juga kamu," ucap Zayn mengolok anaknya.
Al hanya diam saja mendengar olokan papanya, Kemudian Mama Rosa sedang bertanya kepada Devan dimana alamat Keisha. Tapi Devan hanya diam saja, sehingga membuat Zayn, Rosa, dan Al bingung.
"Sebenarnya Aku ngga ngehamilin Keisha Ma... Aku membatalkan pernikahan ini karena Aku merasa belum siap," ucap Devan berbohong.
"Terus perempuan yang kemarin siapa?" tanya Rosa berusaha tenang.
"Itu cuma orang suruhan Aku Ma," ucap Devan menunduk.
Rosa menatap anak keduanya nanar, "Kamu sedikit pun gaada mikirin perasaan Andin? kalau memang belum siap kenapa baru ngomong sekarang, bukannya kamu sendiri yang bilang kamu pengen cepat-cepat nikah sama Andin. Terus ini apa Devan??!" ucap Rosa.
Zayn menenangkan Rosa, Zayn pun tak habis pikir mengapa anaknya Devan bisa sepengecut itu, Al yang sudah malas mendengar omong kosong adiknya segera pergi dari sana.
--
Di dapur Andin termenung memandang ke arah jendela, Andin berpikir bagaimana caranya agar Ia bisa menjalani pernikahan ini seperti pasangan pada umumnya. Andin benar-benar tidak ada perasaan apapun pada Al. Sampai sekarang pun orang tua Andin belum bisa di hubungi, harusnya di hari bahagia ini Ia di temani keluarga dan sahabat, tapi Andin tidak merasakan itu.
Andin menuang air panas ke gelas nya, namun Andin kembali melamun membuat Ia tidak menyadari bahwa air panas tumpah di tangannya, "Ya ampun mbak Andin, itu tangan mbak kena air panas!" ucap Santi, art di rumah keluarga Serhan.
Tangan Andin sudah memerah tapi Andin tak merasakan apapun Ia hanya diam, kebetulan Al jalan melewati dapur kemudian mbak Santi memanggil Al.
"Pak, itu tolongin mbak Andin tadi tangannya kena air panas," ucap Santi menghampiri Al dengan tergopoh-gopoh.Al yang melihat itu dengan cepat Ia membawa tangan Andin ke wastafel, "Kamu kalo lagi tuang air panas jangan melamun," ujar Al lalu mengarahkan tangan Andin ke air yang mengalir. Andin hanya diam saja.
Setelah itu, Al membawa Andin ke kamar. Di kamar Al mengoleskan salep luka bakar untuk Andin. Al bingung kenapa istrinya hanya diam saja daritadi membuat Al tidak tega.
"Kamu kenapa?" ucap Al.
"Gimana cara kita menjalankan pernikahan ini mas?" ujar Andin menatap Al dengan sayu.
"Mungkin memang sudah takdir kita berjodoh, kita tidak bisa apa-apa, jadi kita jalankan semampu kita." ucap Al. Walaupun pernikahan ini tiba-tiba, Al tetap harus bisa memimpin rumah tangganya sebaik mungkin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thousand Feelings
RomanceBerawal dari paksaan dan mengubah semuanya. Apakah akan berakhir bahagia? Andin Vhayra Hazev - Aldebaran Zaqy Serhan