Part 5

1.6K 244 16
                                    


Andin sampai dengan selamat, mungkin tadi hanya perasaan Andin saja. Andin memasuki tempat yang bernama 'Rainbow Cofee' ia meliat Nayyela duduk di pojok kemudian Andin menghampirinya.

"Hai Nay, sorry gue telat," ucap Andin.
"Engga kok, santai aja." jawab Nayyela.
"Shasa mana?" tanya Andin sambil menoleh ke kanan dan kiri.
"Ke kamar mandi bentar," jawab Nayyela.

Kemudian Shasa datang lalu Nayyela memulai percakapan dengan bertanya mengapa Andin menikah bukan dengan Devan, Andin menjelaskan semua apa yang terjadi sebelum pernikahannya.

"HA GIMANA-GIMANA?!" kaget Nayye dan Shasa, walaupun Shasa hadir di pernikahan itu dia tetap tidak tau alasannya karena Andin mengatakan akan menjelaskan nanti.
"Ih parah sih gaada akhlak banget si Devan." ucap Shasa sambil memasang muka jijik.

"Tapi kok lo mau nikah sama kakaknya Devan?" tanya Nayye.
"Gue ngga bisa nolak permintaan mertua gue," ucap Andin.
"Astaga, Tapi Al itu 32 tahun kan sedangkan lo masih 24 tahun Ndin jauh banget jaraknya," ucap Nayye yang masih geleng-geleng kepala mendengar cerita sahabatnya.

"Awh om-om banget, ga takut lo Ndin ntar di makan baru tau rasa," ucap Shasa sambil mempraktekkan tangan mencakar seperti harimau.
"Heh, ada-ada aja lo!" ucap Nayye sambil menoyor kepala Shasa.
"Ngapain takut? dia ngga ngapain-ngapain kok," ucap Andin sambil tertawa.
"Halah itu mah belum keluar aja aslinya," sambung Shasa.

Setelah berbincang lumayan lama, hari pun sudah sore akhirnya mereka pulang ke rumah masing-masing. Di tengah Andin sedang menyetir menuju rumah ia mendapat telepon dari asistennya, mengatakan bahwa ada pelanggan yang ingin bertemu.

Kemudian Andin berdiskusi bersama pelanggannya dan memakan waktu yang cukup lama, setelah selesai Andin mengangkat tangannya untuk melihat jam ternyata sudah jam 21.00 malam.

Lalu Andin bergegas ingin pulang, di tengah jalanan sepi Andin merasa mobilnya aneh kembali, depan Mobil Andin seperti mengeluarkan asap. Andin keluar dari mobilnya dan membawa barang-barangnya, Andin ingin menyalahkan ponselnya ternyata baterai ponselnya habis.

Setelah 25 menit kebingungan Andin melihat sebuah mobil dari jauh, ia ingat betul itu mobil siapa. Mau tak mau Andin harus meminta tolong kepadanya, belum sempat Andin memanggil tapi malah mobil itu yang menghampiri Andin.
"Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Devan.
"Mobil Aku mogok," jawab Andin.

"Bareng Aku aja, ntar mobil kamu biar di jemput sama pak Jamal," ucap Devan lalu Andin menganggukkan kepalanya sambil mengucapkan terima kasih.

Di dalam mobil mereka hanya diam lagipula Andin sudah ikhlas, beda dengan Devan yang masih menyesali kesalahannya waktu itu.
Mereka tiba sekitar jam 22.00, Andin dan Devan memasuki rumah, sesampainya di ruang tengah seorang gadis langsung menghamburkan pelukannya pada Devan.

"Kak Devan, kangen banget!!" ucap Maura memeluk Devan.
"Baru ingat pulang kamu ya, jam berapa kamu nyampai tadi?" ucap Devan mengusap kepala Maura.
"Baru banget sampainya tadi Aku mampir ke mall dulu hehe," ucap Maura.

Melihat itu Andin pamit duluan ke kamar, Andin sadar diri Maura tak menyukai nya. Dulu Andin pernah bertemu Maura tapi tidak sering karena Maura berkuliah di Australia, kini ia pulang.

Ketika Andin ingin membuka pintu kamar tiba-tiba bahunya di pegang oleh Maura.
"Eh tunggu, awalnya gue seneng denger Mama ngomong kalo lo ga jadi nikah sama Kak Devan, tapi ternyata lo malah nikah sama Kak Al! dasar perempuan murahan." ucap Maura sambil menolak bahu Andin.
"Sebenarnya masalah kamu tuh apa sih Maura?" tanya Andin sembari mengusap bahunya sendiri.

Thousand FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang