Part 7

1.6K 244 13
                                    


Aldebaran sudah bersiap ingin ke kantor dengan tergopoh-gopoh Maura mengejar Al,
"Kak.. tunggu," ucap Maura memegang tangan Al.

"Kenapa?" tanya Al.
"Kak, aku boleh pinjam buku kedokteran kakak ga? soalnya aku lagi pengen baca-baca." Maura dengan sengaja menyuruh Al mengambil buku supaya Al kembali lagi ke dalam kamar dan melihat ada bunga di tangan Andin.

"Kamu pilih aja di kamar Ra," ucap Al.
"Aku ga enak, kan ada kak Andin. Kakak aja yang ngambil ya?" tanya Maura dengan muka memohon.

"Oke, tunggu sebentar." Al pergi dari sana dan menaiki tangga.

Maura tersenyum sambil mengibaskan rambutnya, Andin keluar dari arah yang berbeda bukan dari arah kamarnya dan Al, Andin melihat Maura dari lantai atas,
"Aku udah duga pasti ini kerjaan kamu Maura," Andin menenteng paperbag tadi di tangannya. Kemudian dengan bersamaan Al juga turun membawa buku.

"Lah, kok mereka keluar dari arah yang berbeda sih, ga mungkin pisah kamar kan." rutuk Maura.

Andin menghampiri Maura, "Hai, adik manis." sapa Andin.
Maura harus menyapa Andin balik karena di belakang Al sudah menyusul, "Eh kak Andin," sambil tersenyum.

"Nih beberapa buku yang bisa kamu baca Maura," ucap Al sambil menyerahkan bukunya. Maura melirik Al dan Andin, ia yakin Al belum tau tentang bunga itu, maka dari itu Maura ingin coba memancing Andin.

"Oh iya makasi ya kak Al,"
"Btw, bunga yang tadi bagus ya kak, dari kak Al ya?" tanya Maura memandang Andin.
"Bunga?" tanya Al kebingungan, sebenarnya Andin masih merajuk tapi ia harus merespon Al.

"Bukan dari kamu kok mas, adik kamu ini manis banget tau. Dia pura-pura gatau padahal bunga nya dari dia," ucap Andin sambil tersenyum kemudian mengeluarkan kartu ucapan dari paperbag tersebut, memang benar di kartu ucapan itu tertulis from Maura.

"Cuma kak Andin aja nih, untuk kakak gaada?" tanya Al sambil memegang rambut Maura dengan gemas.

Maura tersenyum kecut, tapi ia harus bisa mengendalikan dirinya, ia tak mau orang lain tau bahwa ia tak menyukai Andin. "Kan laki-laki masa di kasih bunga." ucap Maura tertawa.

"Oke, yaudah saya berangkat dulu ya." Al memandang Andin.

Andin merasa ini kesempatan bagus untuk memanasi Maura, ia mencium tangan Al lalu mengecup pipi Al, "Hati-hati ya mas," ucap Andin.

Maura membuang mukanya melihat kejadian itu, Al terdiam dan kaget melihat tingkah Andin, bukannya Andin sedang marah padanya. Setelah itu Al langsung pergi ia tak ingin Andin melihat ia yang sedang salah tingkah.

Ketika Al sudah menjauh Andin kembali memulai percakapannya dengan Maura,
"Kamu boleh ga suka, tapi jangan coba-coba fitnah, apalagi dengan cara kotor seperti itu." ucap Andin mengingatkan Maura.

"Lo juga cara kotor kok, gue gaada nulis kartu ucapan itu ya." ucap Maura nyolot.

"Kamu yang mulai," kemudian Andin pergi meninggalkan Maura sendiri.

"Ih, beneran deh awas lo ya." kesel Maura.

••••

Andin memasuki mobilnya, "Untung aja tadi aku sempet print kartu ucapan baru di ruangan mas Al,"

Andin hari ini ada janji bersama teman-temannya dan ia sekarang menuju ke rumah Nayyela.

Thousand FeelingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang