Tok! Dengan malas Fiyya mengangkat tubuhnya dari kasur untuk membukakan pintu.
"Ada apa?" tanya Fiyya to de point.
"Bok ya nyapa dulu kek, Wah Andin ... gimana kabarnya atau tanya kok baru kelihatan. Basa basi sedikit gitu."
"Andin, please deh. To point bisa kan?aku lagi pengen sendiri," sahut Fiyya dengan muka datar.
"Aku do'ain habis ini ketemu cowok biar tidak kaku banget jadi orang." Melihat tatapan Fiyya yang terlihat kesal akhirnya Andin berhenti menggoda Fiyya.
"Iya iya mbak. Aku kesini mau nawarin mbak mau sekalian titip nasi goreng tidak? Mumpung grabku mau beliin dan nganterin ke sini," kata Fiyya. Setelah mengangguk tanda setuju Fiyya langsung menutup pintu kamarnya.
Beginilah kehidupan Fiyya. Harus berhadapan dengan Andin yang suka sekali usil dan segala tingkahnya yang mengesalkan. Mungkin jika hidup tidak seperti ini, Fiyya akan menjadi gadis yang ceria seperti Andin namun takdir tidak pernah mengizinkannya.
Ting! Satu notifikasi pesan muncul di ponsel Fiyya.
Andin
Mbak, temenku sudah datang bawa makanannya. Ke sini loh mbak makan bareng sama temenku jugaFiyya
Iya habis ini aku turunDengan cepat Fiyya menyambar kerudung yang tersampir di lemari dan tidak lupa mengambil uang untuk membayar makanannya. Fiyya memantapkan hati dan menyiapkan kata yang tepat tapi juga sopan. Sudah sering sekali dia tidak membayar makanannya karena ditraktik oleh grab setia Andin. Bagi Fiyya grab Andin sangat baik meskipun tidak pernah bertemu tapi selalu menraktirnya makanan. Ini kesempatan Fiyya untuk berterima kasih atau setidaknya mengembalikan uang makannya selama ini.
"Mbak, kamu mau ke mana?" Pertanyaan Andin mampu menyadarkannya yang dari tadi melamun. Melamun suatu hal yang tidak jelas. Dengan berusaha menormalkan sikap Fiyya berbalik ke arah suara Andin berasal. Tadinya Fiyya mengira mereka ada di luar ternyata ada didalam.
"Maaf ya ndin. Aku kira kamu di luar. Aku lupa kamu ngajakin makan bareng ya otomatis didalam," jawab Fiyya.
"Mbak maaf ternyata tadi warungnya tutup. Dekat sini juga pada tutup jadi tadi temenku ngajak cari makan di luar sekalian makanya aku juga mau ajak mbak keluar," sahut Andin.
Fiyya memang masih bisa mendengar dengan jelas semua perkataan Andin. Namun semua fokusnya pecah saat bertatapan dengan mata hitam yang kini juga menatapnya. Wajah yang lonjong, bibir tebal, pipi tirus, rambut acak-acakan, tidak ada kumis diatas bibirnya dan jaket hijau tua yang melapisi kaos putih membuatnya terkesan sangat cool.
Kalau kamu pakai warna kalem, rambut acak-acakan tidak dipotong pakai jaketmu pasti terkesan cuek dingin gitu.
"Mbak gimana?" tanya Andin kembali bertanya.
"Mbak lagi males keluar kok. Lagian masih ada stok mie di kamar kan mubazir tidak di makan. Maaf ya bukan bermaksud menolak cuma kamu saja sama temenmu yang pergi," jawab Fiyya.
Fiyya menetralkan jantungnya dan semua kegugupan yang melandanya. Berjalan mendekat ke arah cowok berjaket hijau tua.
"Terima kasih sudah mau membelikan makanan. Cuma saya tidak enak jadi saya bayar semuanya." Fiyya langsung mengambil tangan cowok berjaket hijau dan meletakkan uang yang sudah dipersiapkannya lalu berbalik akan naik ke atas. Namun sebelum langkahnya benar-benar sampai di anak tangga pertama langkahnya dihentikan oleh tangan yang menahannya. Mau tak mau Fiyya harus berbalik.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTAS
RomanceNico sangat menyukai game dan dunia sejarah namun ia tak menduga hal itu menjadi bekalnya berpetualang.