Pernah tidak kalian berpikir sikap kalian menghancurkan kehidupan orang lain? Mungkin tidak tapi itulah kenyataannya. Apa yang lebih mudah daripada berperang dengan batin dan keadaan. Satu persatu menghilang dari genggam ... kepercayaan, teman, kekasih, sahabat dan di sinilah aku berada di sebuah ruangan persegi 4x4 meter duduk sendirian dan kesepian.
Dulu hidupku mengalun indah seperti nada-nada yang saling bersautan berirama. Sampai aku dibuat terhanyut dalam harmoni keindahannya. Hingga saat musik itu berhenti, aku sadar tak ada kebahagiaan yang berlangsung lama. Hingga untuk mengalunkan nada-nada dulu pun aku tak mampu lagi. Nada-nada itu kini hanya sebagai pengantar tidurku belaka bukan nyata
️¥¥¥¥¥
Kertas-kertas berhamburan nampak kasab mata di sekitarku, tumpukan buku berjejer dengan rapi hampir memenuhi semua ruang kosong yang tersisa. Aku juga tak mengerti mengapa aku tiba-tiba terperosok berduaan dengan buku-buku padahal dulu aku lebih suka berteman dengan alam. Alam yang mengalirkan nada-nada merdu menenangkan jiwa dan raga. Satu alasan logis yang berhasil ku temukan bahwa inilah takdirku dan buku itu menenangkan seperti saat ku berteman dengan alam, mengisi kekosongan kertas membuatnya lebih hidup.
Setidaknya biarkan kertas-kertas itu memberikan kehidupan untuk orang lain atau menyembuhkan luka mereka karena ku tak ingin ada aku kw.Biarlah hidupku yang kini tak berwarna hanya berteman kertas mati namun bagiku kini mereka lebih berarti dibandingkan makhluk hidup yang ku beri nama teman. Setidaknya kertas tak akan pernah mengkhianatiku atau mengecewakanku. Kertaslah yang mengajarkanku mencintai dalam kehilangan, tersenyum dalam keheningan dan menangis saat sunyinya malam. Kertas yang membuatku lebih tangguh walaupun aku layaknya api yang mengecil terkena angin luar dan berkobar besar saat di dalam rumah. Aku sadar mungkin memang benar kata orang jangan terlalu banyak tertawa nanti kamu akan menangis setelahnya. Aku kira itu hanya mitos dan tak percaya itu tapi kini aku sadar tertawa atau bahagia juga harus tahu batasnya agar tak terlalu banyak air mata yang menetes dan terlalu banyak dikecewakan.
Aku memang tidak menangis tapi tapi semua kubiarkan bertumpuk sesak dalam hati. Manakah yang lebih baik? Air mata atau terlihat tegar namun keduanya hanyalah pilihan untuk membuat aku tetap terlihat baik-baik saja.
¥¥¥¥
Sebelum mencari jawaban pahami terlebih dahulu pertanyaannya. Pernyataan itu tentu sangat wajar semua orang juga tahu. Bagaimana bisa menjawab jika pertanyaannya saja tidak bisa dipahami. Hidup sebenarnya juga hampir sama ketika sudah bisa memahami maka penyelesaiannya akan menyertai. Namun bagaimana aku bisa mendapatkan jawaban sedangkan aku tidak tahu bagaimana semuanya berawal.
Hari ini akhirnya aku bisa tenang setelah satu minggu sisi gelap itu tak bisa aku kendalikan bahkan semesta juga seakan-akan mendukung. Mungkin kini aku perlahan-lahan menerima adanya sisi buruk yang menjadi bagian dari hidupku.
Aku lupa tepatnya sudah berapa lama entah tiga tahun, tiga setengah tahun atau empat tahun. Perlahan-lahan semuanya berubah membaik. Membaik sangat baik sampai tidak ada kata lagi yang mampu aku sampaikan selain air mata yang mampu merasakan. Sepintar apapun orang mampu mengungkapkan perasaannya, tidak ada kata yang pintar untuk menebak rasa.
Mungkin memang ini waktunya saat aku kehilanganmu.
Kehilangan diary kehidupanku. Tempatku berpulang untuk mengangkat beban hidupku. Kehilangan orang yang membuatku apa adanya.
Aku ikhlas. Bila akhirnya harus melepaskanmu. Beserta rasa yang harusnya tidak tumbuh untukmu tapi aku tidak mampu menghentikannya. Semoga suatu hari kamu mau memaafkanku yang terlalu egois ingin kamu tetap di siniku. Semoga kamu memaafkanku karena mencintaimu. Aku jatuh cinta padamu setelah lama aku mengubur perasaan yang selalu berusaha mendobrak. Hari ini aku kalah. Mungkin jika dulu aku bisa untuk melupakan atau mengabaikan. Sekarang aku benar-benar tidak Sekokoh dulu yang mampu membentengi diri untuk tidak mencintaimu.
KAMU SEDANG MEMBACA
LANTAS
RomanceNico sangat menyukai game dan dunia sejarah namun ia tak menduga hal itu menjadi bekalnya berpetualang.