Pulang Tumbang

4 0 0
                                    

Pulang menyusuri jalanan margawangi yang begitu sepi dan sunyi
Menyapa bapa-bapa pengendara berpedal dua
Entah aku telah mencari apa di gang-gang lorong sempit percakapan kita, dikepalamu hanya ada dia dan mereka

Lalu kutulis sajak ini ketika berak, membuang sisa-sisa, yang kau anggap enak
Menjadi anak tidak akan enak, entah anak kekuasaan, anak patriarki, hegemony atau pikiran kebebasan yang melunak didalam benak

Tiba-tiba jalanan menjadi samar hitam
Sang kucing dijalanan saling menikam
Kuusir dengan tatapan tajam dan sepatu putihku yang menghitam

Tapi dialah yang maha Tunggal
Lalu kaulah sebagai si pemenggal, entah itu waktu, kesepian, kesedihan, ataupun kewarasan

Aku tidak akan mengakhiri ini dengan kata Terima Kasih
Tapi kucoba untuk ucapkan, Terima Saja, Kasih...

Benar kata El, orang kota itu terlalu serius dan sisanya tidak lucu, kau selalu menyukai perjalanan dan percakapan dengan orang asing, yang kau tidak tahu seberapa tajam pisau dibalik lengkung bibirnya, omongan mereka segalanya sempurna, perjalanan yang kau kira akan mudah nyatanya semakin buram terlihat dan tidak mudah, kau kelelahan, tapi bualan dan harapan telah membuatmu terlalu tinggi dan besar untuk bisa merangkak kembali ke rahim ibu.

Ahhh
Aku pengen istirahat dulu, lelah udah ee

28/29-01-23

Belum Ada JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang