Menunggu Cahaya

4 0 0
                                    

Seseorang itu,
Kapankah kau akan datang?
Mataku sudah lelah
Sebatang rokok dari bapak tinggal setengah, lalu bulan tiba-tiba tertutup awan dan menjadi utuh
Tapi harapanku masih panjang seperti hidupnya penyair
Kapankah kau datang ke telagaku yang berwarna coklat dan tepiannya tanah gersang? ada pula yang subur, disitulah kau akan menanam benih-benih cinta dan harapan.

Aku selalu duduk menunggu memeluk lutut dipinggir telaga ini, kasih
Menunggu entah kapan sinarmu itu akan muncul di sela sela bukit,
Sepenuhnya aku tidak kesepian, kerikil dan hujan selalu menaniku disini, serta ditemani diriku yang lain yang lihai memainkan peran tapi diriku yang asli masih duduk dipinggir telaga yang kakinya sudah terendam air, yang mungkin saja hujan akan sederas beban hidup lalu menenggelamkan seluruh tubuhku, jujur saja aku tidak pandai berenang, entah mantra apalagi yang harus aku ucapkan untuk tidak terjadi hal itu.

Kurasa segalanya memang fana
Yang nyata hanya keinginan ini bersamamu, wanita yang entah bagaimana wujudnya, selama kau bisa ku peluk, akan kutawarkan apa yang kau inginkan, ciuman? Pelukan? Atau diam menemaniku duduk disini sejenak, menatapmu yang sedari dulu aku tunggu, barangkali kau lelah, kini aku sudah tidak lelah, matahari telah terbit, benih-benih yang kau tanam bermekaran, dan disekeliling kita telah menjadi hutan rimba, aku suka bumi sesubur ini, dan kau langitnya, yang luas, terang, bebas.

29-01-22

Belum Ada JudulTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang