"Jadi kau sudah ada di Jogja ini? Sudah berapa lama?" tanya Shanaz berusaha bersikap tenang. Padahal dalam hati mengumpat habis-habisan.
"Sayang, aku ... aku tadinya mau ngasih kejutan buat kamu--" Rico tidak mampu mrnyembunyikan rasa gugupnya.
"Honey, ada siapa di luar?"
Baik Shanaz maupun Rico membeku di tempat. Keduanya merasakan ketakutan meskipun dalam artian yang berbeda.
Tiba-tiba seseorang memeluk pinggang pria itu dari belakang sambil melongokkan kepala melihat keluar. "Hai, Shanaz," sapanya, menyunggingkan senyum.
"Pi-pinkan." Darah Shanaz tersirap dengan kehadiran wanita bermata bulat itu.
"Iya, aku, kenapa?" Pinkan menatap sinis Shanaz yang terpaku diambang pintu.
Rico tidak mampu menyembunyikan lagi kebohongan, fakta nampak jelas di depan mata Shanaz. Apa lagi sikap agresif Pinkan membuatnya mati kutu di hadapan sang kekasih.
"Apa yang dilakukan perempuan itu di sini, Rico?" Tatapan Shanaz tajam disertai kilat amarah menuntut penjelasan pada kedua pasangan skandal itu.
Belum sempat Rico membuka mulut, Shanaz menerobos masuk dengan langkah tegas tanpa mampu dicegah. Bahkan badan tegap si lelaki sedikit terdorong oleh senggolan wanita bertubuh tinggi semampai itu.
Shanaz kian meradang, baru terlihat jelas penampilan Pinkan hanya mengenakan lingerie mini yang teramat seksi. Bentuk tubuh yang hanya ditutup BRA dan CD membayang jelas di balik secarik kain transfaran warna hitam.
Rico melepas lilitan tangan sang wanita di pinggangnya, melangkah mendekati Shanaz, berkata lembut seraya menyentuh bahunya. Sedangkan Pinkan berdecih, sebal. Memasang sikap merajuk.
"Shanaz, a-aku bisa jelaskan--"
"Ok ... coba jelaskan padaku, kenapa kalian bisa satu kamar, dan apa yang sudah kalian lakukan dengan penampilan seperti itu?" ucap Shanaz seraya menepis tangan Rico di bahunya dengan kasar. Merasa jijik disentuh tangan pria pengkhianat itu.
Shanaz berusaha menahan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun, karena ingin mendengar penjelasan pria yang dicintainya. Kebohongan atau kejujuran yang bakal terlontar.
"Sayang, kenapa mantan kekasihmu bisa tau kita di sini?" Pinkan kembali menimpali dengan nada tidak suka, bahkan tatapannya merendahkan Shanaz.
Mantan kekasih? Batin Shanaz, terkejut seperti disengat listrik.
"Apa kau bisa jelaskan lagi apa yang dia maksud, Rico?!" Tangan Shanaz sudah mengepal kuat. Rasa sakit di hati tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
"Pinkan, bisakah kau diam dulu?!" Rico gusar dengan tingkah dua wanita tersebut.
Sial! Dasar wanita, bikin pusing saja! Umpat hati Rico. Mengacak rambut kasar.
"Honey, aku sedang membantu menjelaskan sama perempuan ini." Pinkan tersenyum manis, sama sekali tidak terpengaruh dengan kegusaran Rico.
Pinkan semakin bersikap binal. Memeluk Rico, bahkan mengecup rahang lelaki itu tanpa ada rasa sungkan lagi. "Rico pacarku, dan kamu hanya mantannya," ucap wanita itu enteng.
Harga diri dijatuhkan sedemikian keras, hati Shanaz berdentam-dentam, tidak bisa menahan diri lagi. Menarik lengan Pinkan sekuatnya hingga pelukan di tubuh Rico terlepas.
"Oh, jadi aku sekarang mantan Rico, begitu?! Dan kau perempuan gatal ... bangga sekali dengan sifat pelakormu!"
Plaaak!
Pinkan memekik menerima tamparan keras dua kali kanan-kiri dari Shanaz. Saking terkejut sampai tubuhnya oleng, dan tersungkur di lantai. Gadis Jepang itu meringis kesakitan.