Sentuhan Malam Pertama 4

764 17 0
                                    

Zara menggeliat kecil, membuka mata yang dirasa masih ngantuk. Tubuhnya terasa berat dibagian pinggang seperti ada yang menimpa, entah apa sehingga sulit bergerak. Gadis itu mengumpulkan kesadaran serta menyempurnakan pandangan.

Meraba bagian yang menimpanya itu, agak berbulu, bentuknya seperti ... tangan. Seketika dada Zara berdegup kencang. Secepatnya manik coklat karamel itu diarahkan ke bawah dengan kepala mengangkat sedikit. Melotolah dengan sempurna mata indah sang gadis.

Terkesiap, Zara hendak bangun sambil mengendalikan suara supaya tidak menjerit, tetapi tangan kekar itu menahan dan memeluknya semakin erat.

"Jangan bergerak!" Suara serak khas bangun tidur menolehkan kepala Zara ke belakang dengan cepat, karena posisinya memunggungi si pemilik tangan. Embusan napas menerpa leher membuat gadis itu merinding geli.

"Tu-tuan--"

"Aku sangat lelah, tidurlah lagi! Biarkan aku memelukmu seperti ini."

Rashad semakin membenamkan wajah dicerukan leher Zara, membuatnya tidak berkutik dan lidah kelu secara mendadak.

Zara hanya bisa bergumam dalam hati, bagaimana bisa ia tidur lagi jika seumur hidupnya baru kali ini dipeluk pria. Berasa lebih horor dari menonton Conjuring.

Ah, Zara lupa kalau seminggu lalu dia sudah dipinang pria yang kini sedang memeluknya. Yang dilakukan Rashad adalah wajar yang jadi pertanyaan, sejak kapan pria itu ada di kasurnya dan apa saja yang sudah dia lakukan terhadapnya.

Zara merutuki kebodohannya, kenapa saat sang tuan menaiki tempat tidur dia tidak terbangun dari buaian mimpi. Ingin menyingkirkan tangan besar itu dari tubuhnya untuk memeriksa kondisi badan, adakah yang berkurang, terutama daerah sensitifnya. Namun, sulit. Jangankan bangun, bergerak sedikit saja tidak berani.

Tidak! Setelah dirasa-rasa dibagian intimnya tidak merasakan apapun, minimal nyeri, selayaknya pasangan suami istri melakukan hubungan badan, apa lagi ini pertama kali. Apakah ini pertanda Zara masih perawan? Kecamuk hati gadis itu masih berlangsung.

Ada satu hal yang membuat Zara bertanya-tanya, kenapa Tuan Rashad tidak membangunkannya untuk meminta jatah, dia berhak atas seluruh tubuhnya. Apakah lelaki itu tidak berselera dengannya. Kalau iya, syukurlah biar mahkotanya terselamatkan dari pria yang tidak dicintai, tapi sampai kapan?

Tiba-tiba suara lenguhan pelan keluar dari bibir Zara saat sentuhan halus dari benda kenyal mengenai lehernya, bukan kecupan, hanya sekadar menempel. Namun, mampu membuat sekujur tubuhnya merinding hebat, diterpa gelenyar aneh yang dia sendiri tidak tahu bagaimana bisa seperti itu.

Buru-buru membekap mulut, malu dengan suara yang dia timbulkan tanpa sengaja. Mudah-mudahan tuan tidak mendengarnya. Ya Tuhan, begini kah rasanya tidur dengan pria? Pikir Zara, ingin secepatnya mengakhiri situasi tidak menyenangkan ini.

Berhubung dia begitu sulit keluar dari perangkap lengan kekar sang tuan ditambah udara dingin menjelang subuh, Zara kembali terlelap dalam pelukan hangat.

Sinar mentari pagi yang menyorot melalui celah gorden mengenai wajah Zara, terasa hangat sehingga membangunkannya. Melihat ke samping Tuan Rashad tidak ada di tempatnya.

***

Sudah hampir satu jam dia mengamati diri mengenakan pakaian baru pemberian tuannya. Dres warna biru navy sebawah lutut, tiap ujung baju dihiasi renda, serta pita besar di bagian belakang, manis. Sungguh pas di badan. Tidak dipungkiri ia memiliki tubuh ideal. Tinggi, padat berisi, dengan dada sedikit membusung.

Wajah Zara tiba-tiba merona, riak panas menjalar di permukaannya kala teringat dibagian atas yang membusung itu terdapat beberapa bercak merah, seperti tanda kepemilikan, siapa lagi pelakunya kalau bukan Tuan Rashad.

ISTRI RAHASIA SANG CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang