04. Perkara Ekstrakurikuler

36 19 9
                                    

• Iwan Fals, Jendela Kelas 1 di rilis tahun 1983 dengan album bertitle Sumbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Iwan Fals, Jendela Kelas 1 di rilis tahun 1983 dengan album bertitle Sumbang.

🎵🎵🎵


Setiap sekolah mempunyai peraturan, bahkan SMAN 311 sekalipun. Sekolahku itu tidak terlalu menonjol di bidang akademi. Biarpun begitu, di lobi sekolah, kalian akan melihat banyak penghargaan di bidang non akademis. Mungkin karena itu sekolah ini mewajibkan anak didiknya mengikuti ekstrakurikuler.

Ada dua ekstrakurikuler yang diwajibkan, satu adalah pramuka—yang diadakan setiap hari Jum'at sepulang sekolah—dan yang satunya adalah pilihan siswa itu sendiri.

Selama dua bulan resmi memakai seragam putih abu-abu, aku belum juga mendaftar ke ekstrakurikuler pilihan. Bu Sulis selaku wali kelasku sudah beberapa kali menanyakan kenapa absensi ekstrakurikulerku tidak ada. Dulu bu Sulis menanyakannya saat ingat saja, tapi sekarang namaku sudah menjadi hot topic karena kelakuan si Retro Boy. Hal itu  membuat bu Sulis hafal nama dan mukaku, jadi beliau menanyakannya setiap bertemu denganku.

Untuk sekedar informasi, absensi serta nilai dari ekstrakurikuler akan masuk rapot dan menjadi tambahan nilai. Karena itulah, saat ini aku didera pening luar biasa. Nilaiku di pelajaran tidak terlalu bagus, jadi aku harus mencari tambahan nilai dari tempat lain. Satu-satu cara adalah mengikuti ekstrakurikuler.

Helaan nafas kasar lolos kuhembuskan, entah untuk keberapa kalinya ketika memikirkan ekstrakurikuler ini.

"Ngapain sih lo, Na?! Nafas lo ganggu tau nggak!!" seru El dengan ekspresi kesal tapi masih tetap fokus dengan ponselnya.

Bukannya menjawab protes sahabatku itu, malah kuhela nafas lagi dengan suara yang keras. "Huh ...."

Kuletakkan kepalaku di pundaknya. Mungkin karena melihatku yang memelas membuat El iba hingga mulai menaruh ponselnya lalu menepuk-nepuk kepalaku dengan lembut.

Aku tau persahabatan kami lebih berharga daripada streaming oppa-oppanya itu.

"Kenapa lagi sih? Cerita-cerita!" ucapnya.

"Gue ikut ekstrakurikuler apa, ya?"

"Lo maunya yang kayak gimana?"

"Yang nyantai," jawabku.

El terdiam, mungkin mencoba memikirkan ekstrakurikuler yang cocok untukku.

"Mading gimana?"

Memang sih mading nggak terlalu berat, tapi kalau ada event pasti ribet banget.

"Ada yang lain?"

"IT! Nyantai banget tuh, lo tinggal duduk di depan komputer," sahut El.

"Yee ... nyantai apaan!" Membayangkan duduk di depan komputer dengan kode-kode rumit seperti di film-film saja  cukup membuatku merinding

Retro Boy & His PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang