05. Terbentuknya Band

31 15 4
                                    

• Lagu Dewa 19 berjudul Cukup Siti Nurbaya ini dirilis tahun 1995 dengan album,  Terbaik Terbaik

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Lagu Dewa 19 berjudul Cukup Siti Nurbaya ini dirilis tahun 1995 dengan album,  Terbaik Terbaik.
.
.
.
.

***


Entah bagaimana hal ini dapat terjadi, tapi tiba-tiba saja satu persatu orang mulai memasuki ruangan band.

Orang pertama yang masuk adalah kak Alif. Untuk sesaat aku kaget melihatnya, nafasku tertahan sepersekian detik. Namanya adalah Alif Wicaksono, kakak kelas ganteng yang berhasil menarik perhatianku. Menurut penelusuranku,  yang tentunya dibantu El—sebagai Informan terpercaya—kak Alif berada di kelas 11 IPA 2.

Penampilannya selalu sederhana, namun sanggup membuat atensiku tak lepas darinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Penampilannya selalu sederhana, namun sanggup membuat atensiku tak lepas darinya. Kaos warna hitam yang dilapisi kemeja yang dibiarkan terbuka, lengkap dengan jam yang melingkar di tangannya. Ah, tidak lupa satu item yang membuatku cukup kaget, guitar case. Iya, kak Alif membawa guitar case di punggungnya, dan itu menambah kekerenannya berkalu-kali lipat.

Berkat kak Aliflah aku yang selalu berdiam diri di kelas ini sering mengunjungi perpustakaan. Karena dari jendela perpustakaan itu aku bisa melihat kak Alif yang ada di kelasnya. Aku selalu merasa senang dan antusias walau hanya berpapasan ataupun melihatnya dari kejauhan.

Haruskah kuartikan ini sebagai cinta pandangan pertama?

Entahlah, hanya saja kak Alif berhasil mencuri perhatianku sejak pandangan pertama.

“Bisa minggir,” ucap kak Alif datar.

Aku terperanjat kak Alif yang tiba-tiba bersuara. Bukannya langsung minggir, aku malah terdiam beberapa saat. Barulah setelah beberapa detik aku sadar, kalau tubuhku menghalangi jalan. Dengan cepat aku menggeser tubuh agar Kak Alif bisa lewat.

“Eh, iya Kak,” cicitku, merasa sungkan.

Sejujurnya aku ingin sekali kabur dari tempat ini, tapi sayang banget kalau pergi sekarang. Kapan lagi bisa sedekat ini dengan kak Alif, jadi kupaksakan untuk tetap di sini walaupun merasa rikuh.

Daripada kikuk dan canggung, lagi-lagi ponsel menjadi andalanku. Menscroll kembali foto-foto bias yang sudah puluhan kali kulihat dalam beberapa jam terakhir.

Retro Boy & His PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang