03. My Family

62 29 51
                                    

• Dirilis tahun 1998 di album debut mereka, Naif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Dirilis tahun 1998 di album debut mereka, Naif.

• Ada di album yang sama seperti judul lagu, Bintang Kehidupan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Ada di album yang sama seperti judul lagu, Bintang Kehidupan. Lagu ini dirilis tahun 1989

🎵🎵

Hari minggu, kuawali dengan Sholat Subuh berjamaah di rumah yang menjadi jadwal harian wajib keluargaku. Setelah itu, tentu saja aku kembali menjamah mimpiku.

Berbeda denganku si tukang molor, ibu dan ayah pasti lagi ngedate ke pasar. Tidak salah kalau tetangga-tetangga kompleks menjadikan orang tuaku sebagai panutan. Untuk bang Ben yang sangat menggilai kebugaran tubuh, dapat dipastikan dia tengah jogging mengitari komplek terus main badminton sama warga sekitar di lapangan.

Matahari sudah bertengger manis di langit biru, terbukti dengan sinarnya yang menyeruak masuk ke jendela kamar dan memaksaku untuk menerima eksistensinya. Dibarengi dengan harum masakan ibu yang sudah tercium di rongga hidung, serta suara bang Ben tengah menyanyikan lagu keras-keras memaksaku untuk bangun.

"Arghh! Bang Ben, nggak sadar apa suaranya berisik banget!" keluhku sambil mencoba mengumpulkan nyawa.

Dengan mata berat dan rambut mengembang layaknya raja hutan, anak gadis ibuku ini keluar dari kamar sambil mengusap-usap tengkuk yang tidak gatal. Sejujurnya badanku masih ingin rebahan di kasur, tapi sayangnya keadaan memaksa untuk bangun.

"Wah! pembantunya udah selesai semuanya, Tuan Putri baru bangun." Suara Ibu sangat halus dan manis, yang tentu saja dilontarkan untuk menyindir.

Aku hanya menampilkan cengiran tanpa dosa sambil mencomot dadar jagung di meja makan. Karena tak ingin jadi anak durhaka, maka kuambil sapu di belakang pintu dapur. Niat hati ingin menyapu rumah, tapi suara ibu membuatku megurungkan niat itu.

"Udah Ibu sapu!" ucap ibu sambil tetap menggoreng ayam.

"Yahh ... udah di sapu ternyata," ucapku pura-pura sedih, padahal mah, seneng banget.

Aku mengambil dadar jagung lagi, lalu tiduran di sofa. Dari sudut mataku, aku bisa melihat kakak keduaku yang muncul dari arah kamarnya. Di tangannya sudah ada pakaian dan handuk, kutebak bang Ben akan mandi sebentar lagi.

Retro Boy & His PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang