07. Roro Jonggrang & Bandung Bondowoso

18 9 2
                                    

• Tikus-Tikus Kantor dirilis tahun 1993 oleh Iwan Fals di album Ethiopia

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• Tikus-Tikus Kantor dirilis tahun
1993 oleh Iwan Fals di album Ethiopia.
.
.
.
.
Happy reading!!!
.
.


"Hai, Diana!" sapa seseorang.

Aku mendongak supaya tau siapa yang menyapaku, dan ternyata dia adalah si Retro Boy. Lengkap dengan senyum lebarnya ia menatapku intens yang membuatku sedikit salah tingkah.

"Gimana penampilan kami?" tanyanya.

"Keren," jawabku singkat tapi jujur.

"Mau gabung ke band gue nggak, Na?"

Mendengar pertanyaan nyeleneh dari Boy, sontak aku berteriak. "Hah?"

Untuk sesaat, kurasa hening mulai menguasai kami yang ada di dalam ruangan ini. Dan yang pasti, semua orang menatapku dengan tak suka.

Aneh, kenapa mereka menatapku?

Aku mencoba melirik El mencari jawaban, dan El malah bertanya tanpa suara padaku.

"Ngapain teriak-teriak?" ini adalah kata yang kutangkap dari gerakan bibir sahabatku itu.

Seketika aku tersadar dan membekap mulutku. Pantas saja semua orang diam, ternyata bukan mereka yang aneh,
melainkan aku karena berbicara—lebih tepatnya berteriak—terlalu kencang.

Tidak ... tidak ... semua ini karena Boy!

"Ma-maaf," cicitku. Kini semua orang kembali sibuk dengan kegiatan masing-masing.

"Padahal gue sedeket ini, tapi lo masih aja teriak-teriak," ucap Boy yang seperti sindiran di telingaku.

"Ini semua karna pertanyaan konyol lo," sungutku dengan suara kecil.

Senyum Boy mendadak hilang dan berganti ekspresi sedih yang dibuat-buat. "Padahal gue lagi serius."

Aku mendengus sambil menggelengkan kepala tak percaya.

"Diana, gue serius! Gue pengen lo gabung ke band gue!" suara si Retro Boy kini meninggi, membuat perhatian semua orang lagi-lagi tertuju pada kami.

Boy sepenuhnya tak kuhiraukan, aku cukup malas berdebat dengannya sekarang. Jadi, kuhampiri El dan kuajak ia
pulang.

***

Hari berikutnya berjalan seperti biasa, dengan harapan hari ini akan berjalan damai tanpa gangguan. Bel istirahat pertama digemakan tepat jam setengah sepuluh, alih-alih ke kantin yang pasti penuh sesak, aku duduk manis di kelas dan memakan bekalku dengan tenang sambil membaca novel Bumi Manusia. Sedangkan El, ia tidak keberatan dengan keramaian kantin, jadi gadis itu pasti sedang berdesakkan membeli soto kesukaannya. Membayangkan berdesak-desakkan di kantin saja membuat energiku terkuras.

Di tengah kegiatanku memakan telur balado buatan ibu sambil membaca novel, si Retro Boy tiba-tiba datang.

"Hai, Diana!" sapanya ceria seperti biasa.
Aku menoleh sebentar dan kembali fokus ke novelku.

Retro Boy & His PlaylistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang