Prolog

115 10 2
                                    

Virgo itu orang baik

^^^^^^

Virgo sadar, kok, dia orang membosankan. Terlalu banyak tujuan, tapi hanya satu yang ia kerjakan. Dan yang paling susah ia cegah, yaitu berada di zona nyaman. Tapi siapa sangka kali ini ia mematuhi perintah Mama untuk berbelanja ke swalayan, membeli bumbu-bumbu masakan bermodalkan kartu ATM dan kertas note warna-warni yang berisikan daftar barang yang harus dibeli.

Lelaki itu kira lancar-lancar saja tindakan mulianya, namun tak lama di tengah perjalanan pulang, angin kencang melanda disertai air mata awan yang menangis tanpa permisi. Virgo yang menggerutu mau tidak mau- dari pada 'Blacky' motor ninja warna hitam kesayangannya ternodai air kubakan, menepilah ia di halte, dimana tidak ada satupun motor yang berderet disana. Memang salahnya memilih jalan ternyaman, saking nyamannya, justru jadi bencana.

Pemuda yang mengenakan kaos salah satu klub sepak bola, menelepon Mamanya. Alasan ia tidak memilih menghubungi anggota keluarganya yang lain, karena:

1. Papanya pasti tidak mengangkat. Alasannya sudah pasti sibuk.

2. Kak Amanda, adalah mahasiswa teladan yang merantau di Belanda dan berprofesi bertengger di depan layar laptop. Sudah tentu melihat handphone diprediksi dua kali dalam sehari. Sebenarnya bisa aja sih Virgo hubungi, tapi prasangka berkata lain.

3. Terakhir, Kak Celsi. Kalau yang satu ini Virgo memang tidak ada niat menghubungi. Bukan sibuk seperti Papa dan kakak pertamanya, tetapi dia pasti akan bertingkah menyebalkan.

Tapi tunggu.

Panggilan anda tidak terjawab, silahkan hubungi lagi nanti.

Baiklah, sepertinya Virgo salah, Mama juga sama aja.

Pasrah dengan keadaan, ia berjalan dengan kepala tertunduk menuju salah satu kursi di halte. Awalnya ia berspekulasi hanya seorang diri disana, tapi begitu tak sengaja melirik sepasang kaki ketika menunduk, Virgo lantas terbelalak. Kepalanya menoleh ke kanan, sedetik kemudian memalingkan pandangannya ke depan, ternyata ada orang lain yang bersamanya.

Rambut hitam lurus yang tergerai menutupi wajah, kulit putih pucat yang menyeramkan. Ayolah, Virgo punya pengalaman buruk dengan yang seperti ini.

Laki-laki itu meneguk salivanya. Jari-jemarinya bergetar hebat sampai tak disangka Virgo pun mulai membaca beberapa do'a.

Disisi lain tak di sangka perempuan yang Virgo anggap mahluk dari dimensi lain, ternyata hanya seorang remaja sepantaran lelaki itu yang kini ikut takut melihat gerak-gerik orang disebelahnya. Habis, kenapa gaya laki-laki itu sangat aneh?

Perempuan berseragam putih abu-abu itu berdehem sembari menyelipkan rambutnya ke telinga.

Virgo pun merasa lega, ternyata masih manusia.

"Biasa aja kali."

Virgo menoleh ke arah kanan, lalu tak lama menggaruk salah tingkah. Benar juga, itu berarti tidak ada orang selain mereka berdua.

"Siapa?" balas Virgo singkat.

"Situ berdo'a."

"Yang nanya." Reflek Virgo memalingkan wajahnya ke sudut pandang lain. Kalau ia jadi perempuan itu seharusnya malu.

"Gak buka tanya jawab."

Virgo kaget. Sebelumnya tidak pernah ada seseorang yang meresponnya dengan tutur kata tajam, baru kali ini ia mendapatkan perlakuan yang seharusnya bukan ditujukan untuknya. Mungkin perempuan dengan rambut persis 'kutilanak' itu yang aneh sejak lahir, sampai tidak bisa bersikap seperti perempuan lain ketika melihat parasnya yang menawan.

Virgo tahu! Atau mungkin orang di sebelahnya hanya ingin jual mahal!

Dengan gaya congkak, Virgo menyilangkan kakinya. Lagi pula siapa peduli?

"Huhh..." Perempuan di sebelah Virgo terus mengelus kedua lengannya secara bergantian. Seragam lengan pendek membuatnya semakin tersiksa ketika angin berhembus kencang, belum lagi tubuhnya terbilang kurus, kalau kata teman-temannya terlihat seperti hanya tulang saja.

Lantas Virgo menaruh jaz hujan miliknya ke pangkuan orang asing tersebut, kemudian hendak pergi menyalakan motor, berniat menerobos derasnya hujan. Dari pada ia harus bersama dengan orang aneh berambut hitam panjang menyeramkan! Yah, tapi anggap saja ia sudah cukup baik memberikan jaz hujan kepadanya, sebagai bentuk peduli terhadap sesama. Terlebih orang itu perempuan.

"Tunggu- terus lo gimana?"

Virgo menatap datar wajah perempuan berkulit pucat dengan poni itu dari motor. "Gue gak lemah." Ia melajukan motornya, dan sungguhan pergi menerjang hujan.

Tentu mendengar pernyataan orang asing secara gamblang membuat Abhista mengernyit heran. Dikala hujan turun deras, orang itu pergi berlalu tanpa memikirkan sebab-akibat dari tindakannya.

Tapi melihat jaz hujan yang kini ada di tangannya, ternyata laki-laki baik masih ada. Sekalipun harus orang asing yang menyebalkan.

^^^^^^

Selasa, 28 Juni 2022.

Kalem dulu, baru prolog. Tapi barangkali penasaran sama kisah Virgo, termasuk siapa nama panjang Virgo bisa baca bab selanjutnya yang udah tersedia.

Jadi gimana kesan pertama kalian tentang Virgo di prolog ini? Atau tentang 'perempuan rambut panjang' yang Virgo bilang mirip Mba Kunti?

Tapi dari sini, Virgo itu kayak cowok tsundere gak sih?

Virgo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang