04

17 3 0
                                    

Manusia-manusia Aneh di Hari Senin

^^^^^^

Matahari semakin bersinar terang pagi itu. Bel masuk berbunyi tiga kali berturut-turut. Awalnya berjalan lancar, sampai tiba mobil sedan warna hitam mengkilat di parkiran sekolah. Satpam kumis yang biasanya sering marah melihat murid SMA Madiger telat, kali ini seperti di hipnotis. Membukakan gerbang, seolah dia menyambut boss besar.

Murid lainnya jangan tanya. Aktivitas mereka yang ada di sana mendadak terhenti sejenak. Seakan waktu berhenti, mereka melihat mobil sedan yang bentuknya selalu menjadi angan-angan, kini nampak jelas. Ternyata benar, mobil juga memiliki rupa. Tampan, adalah kata yang cocok untuk menyimpulkan. Setampan pemiliknya ketika keluar dari mobil yang berhasil terparkir sempurna sambil menutup wajah dari sinar mentari.

Siswa dengan seragam dibalut jaket denim itu tersenyum melihat sinar matahari. Ia mengeratkan tasnya, sebelum melangkah.

Para siswi tak sanggup menahan kagum. Dari kakak kelas sampai adik tingkat ikut menjerit kegirangan. Kata mereka, visual Virgo unreal.

Dan waktu yang paling Virgo suka, ketika ia berjalan di lobi sekolah dengan tatapan penuh kagum. Rasanya, ia bak malaikat tak bersayap.

"Apaan sih itu?"

Jauh dari keramaian, kedua siswi dengan tampilan bertolak belakang melihat kerumunan di lobi dengan ekspresi aneh. Konyol sekali bagi mereka! Memangnya dunia realita ini disamakan dengan drama film?

"Virgo. Hirauin aja," balas temannya, siswi yang mengenakan jaket denim hitam sambil fokus bermain game di handphone.

"Sebenarnya dia tuh siapa sih?"

Jiwan menatap temannya lamat-lamat. "Gak perlu tau semua orang." Kemudian dia asik bermain game.

Leyha mencibikkan bibirnya. "Tapi yang ini harus tau!"

Anggap iblis membisiki suatu mantra, sehingga ampuh membuat Leyha berjalan menuju Virgo. Sungguh, tidak bisakah ada satupun manusia yang bisa menjelaskan sifat aneh yang dimiliki Virgo? Baru kali ini dia menemukan laki-laki pendiam, tetapi punya sisi narsis yang rasanya melebihi dia sebagai sosok perempuan. Faktanya begitu. Belum lagi sifat gengsi yang dapat Leyha sadari hanya dari pertama mereka bertemu.

Narsis, gengsi, merasa jadi pusat perhatian. Apa ada orang yang lebih menyebalkan dari Virgo?

Tepat. Tidak ada. Saat itu pula, Leyha berdiri di depan Virgo. Menyita jalur karpet merah lelaki tersebut.

Dan saat itu pula, perasaan Virgo jadi tidak enak. Mood-nya turun seketika. Perempuan pengganggu itu datang lagi. Tidak berbeda jauh dari Papa, dia pasti ingin membicarakan perihal nilai ulangan, matematika, dan les privat konyol.

Leyha melambaikan telapak tangannya sembari tersenyum manis. Diluar ekspektasi yang sebenarnya ingin meninju wajah Virgo.

"Hai, kak! Masih ingat nilai diskon Kak Virgo 'kan?"

"Apaan sih?" Ucap Virgo tanpa suara.

"Iya... Nilai 10 matematika, Kak Virgo! Kayak diskonan celana di mall 'kan?"

Lantas murid disekitar lobi terkesiap. Virgo, laki-laki yang mereka fantasikan sebagai siswa tampan, pendiam, keren, dan memiliki otak brilian membuatnya disegani, ternyata hanya sebatas laki-laki tampan yang sama saja seperti diluaran sana. Alias modal tampang.

Virgo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang