02

66 9 7
                                    

Apapun Demi PS 5!

^^^^^^

Virgo berjalan melewati lobi sekolah, sesekali ia memasang telinga pembicaraan wali murid sehabis pengambilan raport. Sepertinya seru, melihat nilai anak mereka di atas rata-rata. Beberapa dari orangtua itu memperlihatkan secara terang-terangan bahwa mereka bahagia. Berbeda dengan ia yang selalu kalang-kabut setiap pembagian raport. Sialnya pengambilan raport bayangan kali ini lebih membuatnya was-was.

Bagaimana tidak? Virgo sudah merusak motornya, lalu mendapat nilai matematika terburuk di kelas. Maka dari itu ia berencana kabur dari sekolah. Ah, lebih tepatnya dari Papa.

Saat melintasi gerbang, Virgo melihat kedatangan seorang perempuan berambut panjang yang di gerai. Hal itu membuat ia meralat tingkahnya, jadi lebih cuek dengan bermuka datar, seolah membuatnya jadi terlihat keren.

Alih-alih terpana, siswi mengenakan pakaian serba hitam itu tidak menggubrisnya sama sekali. Virgo mencibik kesal. Ayolah! Semua wanita seharusnya terpana dengan ketampanan bak dewa yang ia miliki. Mereka semua harusnya bersyukur bisa cuci mata di pagi hari, atau mungkin..hanya perempuan itu yang tidak waras.

Virgo menggeleng pelan. Sebelum akhirnya kembali melangkah.

Tapi sebentar, untuk apa Jiwan ke sekolah? Jika untuk mengambil raport, kalau begitu dia murid yang curang! Ini semakin membuat Virgo kesal. Perkara nilainya buruk Papa jadi dipanggil untuk mengambil raportnya. Sementara Jiwan siswi yang diagung-agungkan karena nilai di atas rata-rata, guru jadi pilih kasih. Padahal tadi wali kelasnya bilang, kamu panggil orangtua kamu lebih dulu, baru kamu bisa ambil raport.

Entahlah, terkadang Virgo merasa semua orang suka melihatnya sengsara!

^^^^^^

Fajar beserta suasana sejuk di pagi hari menyambut perempuan dengan kaki jenjang yang tengah melangkah. Dia tahu pasti usaha tidak akan pernah mengkhianati suasana. Maksudnya, kalau hasil, dia pasti selalu mendapat hasil yang memuaskan. Tapi tidak sembarang orang mendapat suasana yang tepat dengan usaha yang seimbang.

Seperti itulah kira-kira Leyha Abista mendeskripsikan kemenangan yang sesungguhnya. Dia sampai merasa kedua pundaknya menjadi berat, karena habis menampung banyak pujian.

Kalau boleh jujur, bagi Leyha pujian tidak terlalu berefek bahagia. Tapi seperti apa kata seseorang, terkadang dia harus menjadikan pujian itu sebagai sesuatu yang membuat dirinya jadi terasa lebih berharga.

Selama ini, Leyha selalu berpikir menggunakan akal logis, dan dia juga tidak percaya akan dinasehati oleh orang yang semestinya tidak pantas mengutarakan perkataan tersebut. Tapi apapun yang diucapkan orang itu, dia berusaha memakai hatinya. Leyha bisa keluar dari zona nyaman, semua berkat seseorang berambut panjang yang kini berada di hadapannya.

Dia Jiwan, perempuan yang selalu ada dalam setiap keluh kesahnya. Perempuan yang selalu menghiburnya, walaupun terkadang dia tidak mengerti lelucon macam apa yang orang itu perbuat.

Leyha merentangkan kedua tangan. Di lobi sekolah yang mulai sepi itu, Jiwan berjalan dengan senyum merekah. Perempuan tersebut mengalungkan kedua lengan di lehernya.

"Maaf, bunganya ketinggalan di rumah."

Leyha melepaskan pelukannya. Dia tertawa sumringah. "Gue juga minta maaf. Coklatnya ketinggalan di minimarket."

"Haha, lucu. Ayo kita beli seblak dan lo harus cerita semua!" Jiwan menarik lengan Leyha. Dia begitu antusias dengan kedatangan temannya. "Gak mau."

"Oh?"

Virgo'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang