Sesak

5 1 0
                                    

Binar matamu terbit di ujung mimpiku pagi ini. Betapa menyesakkan, setelah semalaman kita berbahagia kemudian sadar jika semuanya fana. Pagiku gelap, tertutup kabut-kabut yang tercipta dari rindu-rindu yang tak terbalas. Tiap lapisnya tersimpan kenangan yang bahkan kutaktahu, kau taruh mana memori itu, ketika aku susah payah untuk menghilangkannya. 

Persis seperti bekas tangismu yang mengering sore itu. Terbata-bata kau ucap kata pisah. Tergesa-gesa kau akhiri percakapan kita. Dadaku penuh oleh kata maaf, sesak. Bibirku penuh dengan ungkapan maaf, kelu. Kita sepakat untuk saling mengecewakan. Sepaham untuk saling patah hati.

Untuk kemudian kamu pergi, yang kupikir pergi dengan bebas. Sedang aku masih tertahan oleh bayangan yang bahkan tak pernah bisa sekalipun kupegang. Serumit itukah melupakanmu? Hingga pagi dan petang seakan jadi waktu terbaik untuk mengenangmu? Sesakit itukah merelakanmu? Hingga malam dan subuh seakan jadi waktu paling sempurna untuk terus memimpikanmu?

SomniareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang