Genangan Beku

5 2 0
                                    

Heningnya dini hari tak buatmu berhenti menciptakan percik-percik lara. Saat semua terlelap, hanya ke dua mataku, yang menatap hampa langit-langit kamar sembari meyakinkan diri, "Aku tidak mengecewakanmu kan?"

Angin-angin malam, perlahan berhembus melewati sela-sela jendela, sempurna jatuh terbentur tubuh tanpa balutan selimut. Angan-angan panjang, perlahan berjalan mengelilingi sudut-sudut pikiran, sempurna jatuh terbentur percakapan tanpa pertemuan. Dan aku, tetap saja mempercayai ketulusan yang selama ini entah sengaja atau tidak, tergambar jelas di antara tutur dan senyum. Terlukis indah di antara tawa dan canda. Ataukah aku, yang selama ini terhibur oleh ekspektasiku sendiri? Atau memang lembut bicaramu yang membuatku terpaksa mematahkan hatiku sendiri?

Terkaanku telah menahun, tentang berapa kubik rahasia yang kau simpan di awan-awan mendung, yang silih berganti berjalan di kedua matamu. Tentang berapa juta butir pikiran-pikiran yang tak kau turunkan sebagai hujan. Berlalu-lalang mencipta gerah dan petir, kemudian pergi meninggalkan ribuan tanda tanya. Pergi meninggalkan kebingungan.

Bahkan ketika hujan membanjiri pipimu, pertanyaan yang kurisaukan tak kunjung terjawab. Kegelisahan yang kuutarakan tak kunjung terjelaskan. 

Kemudian kau pergi, menyisakan genangan air mata. Membeku. Terabadikan pada dinding-dinding rongga dada.

SomniareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang