Bulan

5 2 0
                                    

Malam ini aku menulis pesan singkat untukmu dari bulan. Tepat di bagian paling gelap bulan baru. Dingin. Beku. Menatapmu duniamu yang kini terlihat berbinar. Bersinar. Sepanjang garis pantai, kulihat gemerlap lampu jalan. Juga Warna-warna cantik gedung pencakar langit. Di beberapa sudut kotamu, terdengar riuh rintik hujan, dan lagu-lagu sendu mungkin berkali-kali didengar. Oleh muda-mudi yang baru diputuskan pacarnya. Oleh anak yang lelah mendengar pertengkaran orang tuanya. Oleh ayah yang tak tahu kemana ia harus pulang, ketika jerih payahnya seharian tak menghasilkan uang. Mungkin lagu-lagu itu juga kau dengar. Di tengah hiruk-pikuk jalanan. Di antara peliknya timeline media sosial, yang tak henti-hentinya mengganggu pikiranmu. Buatmu mempertanyakan seberapa berharganya dirimu. Membuatmu resah, setidak sempurna apa dirimu.

Di antara gelap yang kau buat, aku tetap berharap ada setitik cahaya dari bola matamu. Menyimpulkan senyum, sedikit menghangatkan sisi bulanku yang beku. Meringankan gigil yang kian hari menyiksa batinku. Cukup perpisahan yang buatku kedinginan. Tidak dengan tangismu tiap malam. Bukankah harusnya kau lebih bahagia tanpaku? Lebih lepas tawamu, lebih bebas hatimu? Lalu mengapa aku masih melihat mendung di setiap malammu?

Hei? Apakah teriakanku sampai pada telingamu? Apa wajah bingungmu sampai pada pandanganmu? Apakah harapku telah menyentuh kulitmu? 

Bahkan ketika telingamu tak lagi mendengar suaraku, matamu tak lagi melihat wujudku, tanganmu tak lagi menggenggam tanganmu, doaku akan tetap melangit bersama namamu. Bersama hari-hari bahagia yang semoga selalu menyertaimu. Bersama malam-malam pahit yang semoga segera terobati. Bersama hangat perhatian yang semoga tetap abadi. Bersama mimpi-mimpi yang semoga tetap membara.

Meski aku dan bulan tetap bersatu. Saling berbagi gigil, berbagi air mata. Menunggu hangat matahari, kemudian mencipta purnama. Yang memperindah senyummu. Memperindah malammu.

SomniareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang