Menemukanmu

4 2 2
                                    

Aku menemukanmu di antara karang yang tenggelam bersama kesedihan. Larut sangat dalam, hingga birunya laut menghitam sebelum kau datang. Ombak yang menjadikanku terombang-ambing di sudut ketidakpastian, nyatanya seakan diam menatapmu ketika mataku akhirnya menemukanmu. Setelah selama aku duduk di pasir-pasir yang menimbun masa lalu, aku memutuskan berenang menujumu, seolah aku tak punya masa kenangan, seolah aku tak pernah tenggelam, seolah hanya kamu makhluk terindah yang pernah diciptakan. Seketika, buih-buih lautan membawaku pada harumnya sinar mentari senja, hangatnya sinar bulan. Kegelapan gua-gua kini tertutup oleh putihnya binar matamu yang masuk di setiap rongganya. Menguapkan air mata, mengendapkan kebimbangan. Keyakinanku secara drastis menuntunku untuk mempercayai, bahwa takdirku adalah takdirmu.

Aku menemukanmu di antara ruang-ruang pikiran yang sedang mengingat gigil paling berat. Aku duduk di bawah atap ratapan, kemudian kau berjalan di jalan harapan. Seperti balon udara, hatiku mengembang tertiup lembut tuturmu. Menyejukkan, membasahi bilik-bilik kelam yang lambat laun menghilang. Senyummu menjadikan apa-apa yang kering kembali tumbuh, apa-apa yang patah kini terganti. Pada tatapan pertamaku, kau telah memenuhi separuh hati yang sebelumnya hampa. Kosong.

Dan, sampailah saat dimana aku menemukan pahitnya kenyataan. Bahwa takdir yang kuharapkan, dan harapan yang kau tumbuhkan seketika roboh. Runtuh seruntuh-runtuhnya. Aku tertimbun pada kepercayaan yang telah kubangun tinggi, tanpa kupastikan bahwa pondasinya memang kuat menahannya. Aku terbang datang angan, kamu pergi bersama kenyataan. Kemudian aku kembali duduk di bawah atap ratapan, memelihara gigil-gigil yang berserakan lagi. Duduk di atas pasir-pasir penyesalan yang menimbun berjuta harapan. Aku lagi-lagi tenggelam, di antara karang-karang dan gua-gua yang gelap. Senja kembali berbau tak sedapp, sedangkan sinar bulan menjadi selimut paling beku. Karena aku menemukan dan kehilangan berkali-kali.

Kamu adalah kamuku kesekian yang berhasil kutemukan dan sukses pergi tanpa berpamitan. Kamu adalah kamuku yang kesekian, yang membuatku berenang tiba-tiba dan tenggelam tiba-tiba. Kamu adalah kamuku yang kesekian, yang membuatku harus hidup dalam lingkaran setan perasaan yang tak ada habisnya. Berputar pada poros yang sama, poros yang bernama melepaskan ketika belum sempat termiliki.

Lalu, siapa sebenarnya "kamu" yang harus kutemukan? Siapa sebenarnya "kamu" yang harus benar-benar kuperjuangkan?

Kemudian Tuhan berbisisk, "Dia yang takkan membiarkanmu berjuang sendirian."

SomniareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang