[Len POV]
Kaki ku menendang batu, berjalan tak tahu arah, baru kali ini aku merasa cahaya matahari bisa semenyakitkan ini. Bagaimana tidak, semalam aku tidak bisa tidur sama sekali. Setiap aku mencoba untuk tidur, suara Rin menggema di pikiranku.
"AAAAAH!!!"
Teriakku kesal.
Kenapa jadi seperti ini? Aku memijat dahiku perlahan.
"Hmmm, hmmm, hmmm...."
Telingaku bergerak mengikuti arah suara. Suara perempuan, lebih tepatnya, suara dia. Aku harus sembunyi, aku harus sembunyi, aku harus--"LEN, SELAMAT PAGII!!!"
Sial.
Aku menoleh perlahan dan tersenyum canggung, "Selamat pagi...Rin..."
Tunggu, matanya. Dia kenapa? Aku ingin bertanya, namun aku takut menyinggung perasaannya. Tapi jauh di dalam hatiku, aku khawatir dengan keadaannya. Samar - samar tercium bau harum semerbak ketika dia berjalan di sampingku.
"...Harum..." aku menggumam.
"Hmm? Ada apa Len?" ujarnya
Seketika wajahku memanas. Merah seperti tomat. Astaga, betapa malunya aku. "Tidak, itu, aku mencium bau bunga mawar, haruummm sekali, haruumm..."
"Ahh, dimana ada bunga mawar? Aku mau membawanya untuk nenek! Dia pasti menyukainya? Iya bukan?" ujarnya bersemangat.
Seketika kepalaku berputar untuk memikirkan jawaban yang tepat. 'Dimana ada bunga mawar dekat sungai seperti ini!' pikirku panik. Aku menoleh kanan kiri untuk melihat apakah ada bunga mawar, atau setidaknya terlihat seperti bunga mawar. 'Ayo berpikirlah diriku! Kau menyebut dirimu paling hewan paling pintar di seluruh hutan, tapi panik ketika melihat gadis pujaanmu!'
Tunggu, pujaan? Siapa? Rin? Pujaanku? YANG BENAR SAJA!
"Len"
"Len"
"LEN, ASTAGA!"
Suara Rin membuyarkan lamunanku. Dengan polosnya aku menjawab "Apa?"
Mulut Rin mengerucut, menciptakan bulatan bakpao diantara mulutnya. Manis sekali.
"Aku daritadi bertanya, mana bunganya?" ujar Rin.
Pikiranku jalan sepenuhnya. Membuatku ingin mengerjainya.
"Bunga? Bunga apa? Oh, bunga mawar ya? Ehem, coba kau tutup mata lalu berputar balik lah membelakangiku. Aku akan menuntunmu menuju bunga itu" ujarku.
"Baiklah!" ucap Rin antusias.
Dia memejamkan matanya. Aku menggandeng tangannya dengan hati-hati. Tampak wajahnya terkejut ketika cakarku menyentuh kulitnya. Namun dibalik keterkejutannya, ia mengembangkan kembali senyum manis itu.
[Author POV]
Len menggandeng tangan Rin, berjalan menuju tepi sungai. Namun tanpa mereka sadari, ada beberapa orang mengikuti mereka dari belakang. Len dan Rin yang tengah tenggelam dalam dunia mereka berdua, tidak tahu menahu mengenai orang-orang yang membuntutinya.
Orang-orang itu membawa senjata tajam, dengan karung kosong yang mereka bawa.
"Lihat serigala itu. Itu serigala yang kemarin bukan?"
Tuhan terkekeh melihat kejadian ini di atas tahtanya. "Baiknya ku apakan ya peristiwa ini?"
Tuhan tersenyum. Skenario yang baru telah tercipta.
A/N : Halo halo, karena ada kesibukan tersendiri, jadi telat update. Semoga suka dengan lanjutannya. Part nya pendek? Tentu, karna ini dibuat real-time tanpa tambahan bumbu apapun.
Thank you for reading this part. I hope you all enjoy it.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf that fell in love with Little Red Riding Hood
FanfictionFiksi. Ini memang bisa di sebut cerita fiksi. Tapi, kejadian sebenarnya sudah dimulai. Skenario yang tak terduga telah terungkap. Based on song : Ookami wa Akazukin Ni Koi wo Shita Kagamine Rin and Len