Alkisah, ada seorang gadis bernama Rin. Ia adalah gadis yang ceria, ramah, dan baik hati. Rin selalu membantu Ibunya berjualan di pasar. Ibunya sangat menyayangi Rin. Orang-orang di kota mengenalnya sebagai, 'Gadis bertudung merah'. Mengapa? Karena kemana pun Rin pergi, ia selalu mengenakan jubah merah kesayangannya.
Pada suatu hari, Ibu Rin mendapat kabar bahwa Nenek sedang jatuh sakit. Karena sang Ibu sedang sibuk, maka Ibu meminta Rin untuk menjenguk Neneknya. Satu keranjang penuh makanan dan buah-buahan sudah diletakkan Ibu di atas meja makan.
[Rin POV]
"Rin!"
Suara Ibu memanggilku. Hari ini aku akan pergi ke rumah Nenek. Aku pun bergegas turun. Aku melihat satu keranjang berisi makanan dan buah-buahan .
"Selamat pagi, Ibu", ujarku penuh semangat.
Ibu meletakkan sepiring bubur gandum dihadapanku. Aku pun menambahkan beberapa potongan buah stroberi di atasnya. Segelas susu juga menemaniku sarapan pagi ini.
Seusai sarapan, aku bergegas memakai jubah merahku. Ibu juga sudah berpesan padaku,
"Kembalilah sebelum matahari terbenam. Jangan berbicara dengan orang yang tak dikenal. Jika sudah waktunya pulang, maka bergegaslah pulang."
Rumah Nenek berada di desa seberang hutan. Aku harus menempuh perjalanan melewati hutan untuk tiba di rumah Nenek. Dan disaat itulah, skenario yang 'tidak dikenal' telah berjalan.
Aku menikmati pemandangan yang nampak di hutan. Bunyi gemerisik dedaunan, burung- burung yang berkicau saling bersahutan, dan semilir angin yang berhembus dengan sejuk. Aku juga melihat kelinci-kelici meloncat-loncat ke sana kemari. Sungguh pemandangan yang indah.
Tiba-tiba...
"Ehmm...Nona..",
Aku mendengar ada suara yang memanggilku. Samar-samar aku merasa ada yang berjalan di belakangku. Aku pun memberanikan diri untuk perlahan menoleh ke belakang.
"Nona...oh tidak, maksudku, emm.. gadis manis kau sudah melewati batas wilayah kami."
Dua orang pria bertubuh besar tersenyum licik di belakangku. Aku merasakan tanganku mulai mendingin dan gemetar ketakutan.
"A-apa...y-yang..k-kalian inginkan?",
"Kami hanya menginginkan apa yang kau bawa, gadis kecil"
Salah satu pria mencengkram tanganku dengan keras. Keranjang ku jatuh dan isinya keluar berhamburan. Aku benar-benar tidak mengerti situasi ini. Takut. Aku benar-benar ketakutan.
Aku melihat sebuah bayangan hitam di balik pohon. Aku berharap itu bukan salah satu rekan dua pria ini. Aku pun memberontak sejadi-jadinya. Hingga akhirnya aku jatuh tersungkur.
Aku berusaha untuk lari, namun cengkraman pria itu tak kunjung lepas, dan bayangan hitam itu juga mulai mendekat.
"SIAPAPUN TOLONG AKUU!!",
Aku merasakan sebuah tamparan keras melayang di pipiku. Aku pun terduduk termangu. Air mata mengalir membasahi pipiku.
'Apa yang harus kulakukan?'
[Serigala POV]
"Kryuukk..."
Suara lolongan perutku lebih keras daripada suara ku sendiri. Aku benar-benar lapar. Berharap ada sesuatu yang bisa kutemukan untuk dimakan. Tapi yang kulihat di sepanjang jalan hanya jamur yang tumbuh di kayu yang lapuk.
'Aah...mana bisa itu dimakan',
Aku pun menyusuri hutan dan aku melihat sebuah bayangan merah dibalik semak-semak.
"Dua orang itu!!"
Aku menggeram. Bagaimana tidak, mereka selalu membuat onar di hutan kami. Manusia. Entah mengapa makhluk seburuk mereka bisa ada di dunia ini. Dan aku benar-benar membenci mereka.
'Tunggu dulu..',
Aku melihat seorang gadis menjadi sandera dua manusia tersebut. Gadis itu menangis. Mukannya semerah jubah merahnya.
'Apakah aku harus menolongnya?Ah, tapi dia manusia. Manusia itu licik dan lemah. Bisa saja aku celaka bila aku menolongnya', batinku.
"SIAPAPUN TOLONG AKUU!!",
Manusia itu menampar gadis tersebut. Jelas tergambar di wajahnya ia sangat ketakutan. Dengan sekuat tenaga ia berusaha melepaskan cengkraman tangan manusia itu.
Aku berubah pikiran.
'Aku harus menolongnya.'
[Rin POV]
'Ibu maafkan aku, aku tidak menaati nasihat mu. Seharusnya aku langsung melarikan diri, bukan menoleh ke belakang. Maafkan aku yang bodoh ini. Ibu tolong aku',
Aku terisak. Sejenak aku teringat Ibu. Aku sangat ketakutan. Aku dirampok. Aku ditahan. Aku...
"RAWWRRR!",
Aku melihat seekor serigala meloncat dan menggigit tangan pria yang mencengkramku. Cengkramannya pun terlepas.
"Dasar serigala kurang ajar! Argh!",
Aku melihat darah mengalir dari tangan pria itu. Pria itu meringis kesakitan. Serigala itu masih berdiri dihadapanku dan menggeram ke arah mereka.
Pria itu pun memberikan kode kepada rekannya untuk menyerang serigala tersebut. Tapi sebelum itu, sang serigala sudah menerjang pria itu terlebih dahulu.
"SRAATT..."
Aku melihat darah keluar dari kaki depan serigala. Namun pada akhirnya dua pria itu pun pergi sambil kesakitan.
Serigala itu pun masuk ke semak-semak. Dengan tertatih-tatih aku berusaha mengambil keranjangku dan mengikuti serigala itu.
"Tzuih...dasar manusia, membuat mulutku penuh darah bau mereka. Argghh...sial tanganku terluka.",
Dari balik semak-semak kucoba melihat dengan seksama.
'Tunggu...dia serigala? Tapi seperti manusia. Apa yang sebenarnya terjadi?',pikirku.
"Hey manusia! Aku tahu kau ada dibalik semak-semak. Pergilah sebelum aku memakanmu!", ujar serigala itu dengan penuh amarah.
"Tapi, tadi kau sudah menolongku, aku hanya ingin membalas budi. Terima kasih.", ujarku.
"Bolehkah aku merawat lukamu? Ku lihat itu cukup serius",
"Tidak perlu dan cepatlah pergi dari sini!",
Serigala itu berdiri. Ia memalingkan wajahnya ke arahku. Kami saling bertatap muka. Tergambar raut wajah kebencian yang amat dalam. Serigala itu memegangi tangannya yang masih terus mengeluarkan darah.
Aku pun memberanikan diri untuk merawat tangannya. Kain penutup keranjang ku bagi menjadi dua. Satu bagian untuk menutupi luka, dan bagian lainnya untuk menutupi keranjang.
"Yosh! Sudah selesai.",
Aku pun tersenyum ke serigala itu. Serigala itu langsung berbalik badan.
"Namaku Len. Jangan pernah melewati jalan ini lagi atau aku akan memakanmu!", ia melirik ke arahku. Mata birunya sungguh menakutkan.
"Namaku Rin. Maaf aku tidak bisa, karena ini adalah satu-satunya jalanku untuk pergi ke rumah Nenek.", ujarku.
"Cih!"
Serigala itu membuang muka. Tak lama setelah itu aku mendengar suara...
"KRRYUUKK..."
Aku menahan tawaku. Serigala itu sedang kelaparan. Suara perutnya begitu besar sehingga aku ingin tertawa.
'...aku akan memakanmu!',
Tiba-tiba aku teringat kata-kata itu. Aku pun langsung pergi ketakutan.
---
A/N : Chapter pertama, semoga kalian tetap setia menunggu kelanjutan ceritanya :).
Thank you for reading.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf that fell in love with Little Red Riding Hood
FanficFiksi. Ini memang bisa di sebut cerita fiksi. Tapi, kejadian sebenarnya sudah dimulai. Skenario yang tak terduga telah terungkap. Based on song : Ookami wa Akazukin Ni Koi wo Shita Kagamine Rin and Len