[Len POV]
"Haahhhh...Gadis itu kemana? Kalau dia tidak segera datang, aku akan memakan apel ini."
Aku menggerutu. Dengan perut yang masih keroncongan, aku bangkit dan berjalan. Ku lihat matahari sudah mulai turun ke peraduannya. Banyak hewan yang mulai masuk ke dalam sarang mereka.
Tidak sepertiku, aku hanya berpindah dari pohon satu ke pohon yang lain. Gemerisik air hujan sesekali menemaniku saat tidur. Bulan yang tersenyum indah menjadi teman bicaraku setiap malam.
Daun telingaku bergerak, tanda akan ada yang datang. Suara derap kaki seorang manusia. Hanya seorang. Angin petang berhembus dingin namun lembut. Dari balik pepohonan, aku melihat gadis itu kembali. Seorang gadis berambut kuning yang sangat manis, memakai jubah merahnya sangat anggun dilihat oleh mata. Pipinya yang merah merona, walau tertutupi dengan sedikit perban karena tamparan siang itu.
'Imutnya...'
Aku menggeleng-gelengkan kepalaku, mencoba menarik kesadaranku kembali. Dia tetaplah manusia. Manusia yang licik dan jahat.
Aku keluar dari balik semak-semak. "Ehhm..."
Gadis itu terkejut dan hampir jatuh ke belakang. Dengan sigap aku langsung menahannya dari belakang. Aku menatap mata nya yang berwarna biru langit. Aku langsung mengalihkan pandanganku dan membantunya berdiri.
"Kau tidak apa-apa?", ujarku.
"Uum...", ujarnya sambil mengangguk, "Terima kasih...Len."
Wajahku memerah seketika. Entah mengapa rasa di dalam dada ini sesak. Tapi, ada satu hal yang membuatku tersadar.
Gadis itu, siapa namanya?
"Apa kau melupakanku? Kau yang menolongku tadi pagi. Aku Rin. Rin.", ujarnya.
"Ah, iya, Rin. Maaf aku lupa. Kali ini aku akan mengingatnya."
Aku tersipu. Wajahku semakin memerah karena malu. Aku melihat Rin tertawa. Tawa yang sangat menyenangkan dan menenangkan. Wajahnya yang disinari cahaya senja, membuatnya semakin berkilau bagai bunga.
"Rin..."
Aku menyodorkan buah apel tersebut. "Ini milikmu, tadi terjatuh."
Rin mengulurkan tangannya dan mengembalikan apel itu padaku. Ia tersenyum dan berkata, "Untukmu. Terima kasih."
"Ini balasanku untuk yang tadi. Terima kasih, Len.", ujarnya sambil membungkukkan badan.
Baiklah, sudah keluar asap dari wajahku sekarang. Jantungku berdegup kencang. Aku menghela nafas panjang.
"Sudah...sudah...Bolehkah aku memakannya?", ujarku.
Rin menganggukkan kepalanya. Manis sekali melihat rambut kuningnya berhembus. Kami berjalan dan duduk berdampingan di sebuah pohon.
"Mmm..Len..",
"Iya?",
"Apa kau membenci manusia?",
Aku menghentikan makanku. Aku terdiam dan menundukkan kepalaku. Waktu seakan terhenti. Angin berhembus semakin dingin. Sore yang melelahkan.
"Iya...",
"Lalu, apakah kau akan membenciku juga?"
Kemungkinan itu 50:50. Aku tidak mampu berkata 'Ya' maupun 'Tidak'. Sebuah pilihan yang sulit. Aku hanya mampu menundukkan kepalaku makin dalam.
"Entahlah...", ujarku.
Rin bangkit dan mengenakan tudung merahnya. Ia berbalik badan dan tersenyum. Air mata yang tertahan. Bibirnya yang kecil mengatakan sesuatu hal padaku. Suaranya tertutupi oleh suara gemerisik dedaunan. Aku terbelalak. Suatu hal yang tidak pernah ku dengar dari manusia manapun.
'Tetaplah hidup Len...'
[Author POV]
Rin berlari meninggalkan Len. Kata-kata yang baru saja terlontar dari bibirnya berasal dari lubuk hatinya yang paling dalam. Takut. Wajahnya memerah. Air matanya sudah tak terbendung lagi. Di balik tudung merahnya ia berlari. Berlari dari sebuah kenyataan yang akan berakhir dengan pahit.
Dan sebuah kenyataan bahwa ia telah mencintainya.
A/N : Maaf untuk pembaca sekaliaann :"), saya terlambat meng-update saya masih mengharap dukungan dari kalian semuaaa. Dan maafkan part yang terlalu pendek iniii :".
Thank You for reading this part. I hope you all enjoy it.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wolf that fell in love with Little Red Riding Hood
FanfictionFiksi. Ini memang bisa di sebut cerita fiksi. Tapi, kejadian sebenarnya sudah dimulai. Skenario yang tak terduga telah terungkap. Based on song : Ookami wa Akazukin Ni Koi wo Shita Kagamine Rin and Len