Sebuah Dongeng

22 3 0
                                    


[Rin POV]

"Nenek! Nenek!",

Aku mengetuk pintu rumah Nenek. Dari dalam rumah aku mendengar suara orang berjalan mendekati pintu. Saat pintu terbuka aku langsung menghambur ke pelukan Nenek dan menangis.

"Rin, kau kenapa? Kenapa wajah dan tanganmu banyak luka?",

Aku menangis sesenggukan. Nenek membimbingku ke ruang tamu. Keranjang yang ku bawa di letakkan di atas meja. Nenek pergi ke dalam mengambil kotak obat.

"Rin, apa yang terjadi?",

Raut wajah Nenek sangat khawatir. Aku takut itu akan membuat kondisinya makin memburuk. Jadi kuputuskan untuk bercerita sekadarnya.

"A-aku di rampok oleh dua orang pria yang tak ku kenal...",

"Tapi...beruntungnya aku bisa melarikan diri dari mereka.", sambungku.

Nenek langsung memelukku. Aku tidak ingin membuat Nenek khawatir. Dan, jika aku bercerita bahwa aku di tolong seekor serigala, aku takut Nenek akan semakin khawatir.

'Tidak sebaiknya aku menceritakan hal itu kepada nenek...',

Aku pun diantar Nenek menuju kamar tidur. Aku beristirahat sejenak, berusaha melupakan hal-hal buruk yang telah terjadi.

'Serigala...mengapa dia menolongku? Dan mengapa dia juga marah padaku?Dia terlihat baik? Akankah dia memakanku?',

Semakin aku memikirkannya, kepalaku semakin pusing. Jadi aku memutuskan untuk tidur sejenak.

---

[Len POV]

"KRRYYUUKK...."

Aku benar-benar lapar. Aku memang serigala, tapi setengah manusia. Makanan yang dimakan oleh manusia juga bisa dimakan olehku. Aku membenci manusia. Mengapa? Karena mereka sudah membunuh keluargaku secara tragis. Padahal selama ini, kami selalu melindungi desa mereka dari binatang-binatang yang jahat.

Masih tak jauh dari tempat itu aku menemukan sebuah apel. Apel itu berwarna merah cerah dan harum baunya. Perutku semakin meronta-ronta ingin diisi.

'Tapi, buah ini bukan milikku, dan di sekelilingku juga bukan pohon apel. Lalu milik siapa ini?',

Pasti milik gadis bertudung merah.

'Ini milik gadis itu, aku harus mengembalikannya. Tapi aku lapar sekali...',

Luka di tanganku masih terasa sakit. Aku juga tidak mampu bergerak banyak. Kuputuskan untuk beristirahat sejenak di bawah pohon yang rindang.

'Len',

'Len',

'Len',

'Jangan pernah dekati manusia. Tetaplah hidup Len.'

Aku selalu mengingat kata-kata itu. Banyak keluargaku yang mati karena dekat dengan manusia. Kami memang makhluk licik dan serakah, tapi manusia jauh lebih licik dan serakah. Aku selalu yakin akan hal itu. Perlahan mataku mulai berat dan akhirnya aku pun tertidur.

[Rin POV]

Aku bangun dari tidurku dan berjalan menuju ruang makan, aku melihat nenek sedang merajut di atas kursi goyang. Aku mengambil apel di atas piring lalu berjalan menuju wastafel untuk mencucinya.

"Rin...",

"Ya, Nenek?",

"Kemarilah, Nenek akan menceritakanmu sebuah dongeng.", ujar Nenek sambil membetulkan kacamatanya.

The Wolf that fell in love with Little Red Riding HoodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang