Melepaskan

1.9K 150 1
                                    

Selepas kepergian Caesar, Heidi terdiam menatap layar handphonenya.

Drrt--

Benar saja, sesuai dugaannya, tak lama kemudian sebuah panggilan masuk dari nomor yang belum ia simpan, muncul di sana.

"Halo?"

"Ini nomerku, Caesar."

"Tch...you can just text me though," gumam  Heidi mengatupkan bibirnya mencoba menahan diri untuk tak tersenyum.

"Mager ngetik."

"Tch...dasar...kamu mageran kayak Jevon."

"I'm not Jevon..err..." Sungut pria itu tak terima.

"Ini di luar konteks dari dia selingkuh ya! I mean..just some of his daily habit."

"Yea...but still, I'm not him. Tapi oke, aku akan jadiin itu motivasi."

"Huh? Motivasi? Maksud kamu?"

"Aku akan jadiin itu motivasi supaya aku bisa buat kamu untuk liat aku aja instead of Jevon."

Heidi terdiam di tempatnya. Sebuah perasaan aneh menelusup dalam benaknya. Tapi munafik rasanya jika ia mengatakan tidak menyukainya.

Rasanya sudah lama sekali ia merasa diperjuangkan seperti ini.

"Di?"

"Y-ya?!" Heidi tersentak dari lamunannya.

"Are you there?"

"Eum...yea...good luck with that."

Terdengar tawa pelan di seberang telepon, "Ya udah...aku cuma mau ngasih tau nomerku aja. See you on weekend."

"Tch...kamu pede banget...i haven't said anything about our date?"

"Ya nggak apa-apa...masih ada weekend berikutnya and i'll try harder."

Heidi tertawa pean sambil memijat keningnya pelan, "Oke..."

"Oke...dalam artian kamu mau jalan--"

"Oke aku akan tutup teleponnya," pungkas Heidi dan tawa pria itu pecah di seberang telepon, membuatnya turut tertawa.

"Ya udah...see you next week," ucap Caesar mengakhiri panggilan telepon mereka.

Senyum di wajah Heidi perlahan memudar setelah menyimpan nomor Caesar. Ini bukan tentang ia tak menyukai pria itu, tapi masih ada rasa yang mengganjal dalam benaknya; tentang insiden one night stand malam itu yang belum diketahui Jevon.

Heidi men-scrolling kontak milik Jevon dan setelah berpikir selama beberapa saat, ia pun memutuskan untuk menghubungi pria itu.

Jantungnya seolah berhenti berdegup ketika pria itu mengangkatnya.

"Halo? Di?"

"Hai Jev..."

"Kenapa?"

Heidi menggigiti kukunya dan ia hampir membatalkan niatnya namun pada akhirnya ia memilih untuk maju.

"Aku..ada yang mau aku tanya sama kamu."

"Malam itu, ketika kamu jemput aku di Pubstar, apa kamu tahu aku ada di sana?"

"Aku nggak tahu Di. Yuna telepon aku minta jemput dan dari nada dia bicara aku tahu dia mabuk. Aku cukup kaget ketika dia bilang dia ada di Pubstar, but then I thought maybe the event was held there..."

"Ya nggak salah juga sih...cuma kupikir cuma event makan malam aja...aku nggak nyangka bahwa itu party, literally a party. Aku sempet minta Yuna untuk naik taksi aja karena kupikir kamu pasti di sana. But she said, you already went home...jadi kupikir mungkin aman untuk jemput kamu. Jadi aku ke sana tanpa tahun kalau kamu masih di sana."

[COMPLETED] WINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang