Morning Exercise

3K 202 3
                                    

"I live here," ucap Caesar tenang.

Heidi menatap pria itu tak percaya. Jantungnya sesaat berdebar cepat entah karena apa.

"Kenapa? Kok shock gitu?"

"Hah? N-Nggak! Nggak apa-apa! Haha!" Ucap Heidi mengalihkan pandangannya dari Caesar.

"Nope! Kalau memang dia pria itu, dia pasti udah ngomong duluan!" Ucap Heidi dalam hati sambil diam-diam melirik Caesar yang kini sibuk dengan handphonenya. "Tapi dia nggak ngomong apapun soal itu..mungkin memang kebetulan aja."

TING!

Tak terasa, lift terus bergerak hingga akhirnya tiba di lantai 7.

"D-Duluan," pamit Heidi pada Caesar. Ia menekan tombol open dan lekas keluar dari lift. Namun kemudian, Heidi perlahan menoleh ke belakang.

Di saat bersamaan, pintu lift bergerak menutup, namun ia bisa melihat jika dari dalam sana, Caesar menatapnya dan tersenyum tipis sebelum pintu menutup seutuhnya.

***

5 AM

Caesar perlahan membuka kedua matanya ketika mendengar suara alarm yang berbunyi.

Dengan malas, ia beranjak dari kasurnya untuk sikat gigi dan mencuci wajahnya karena sudah berniat untuk berolahraga pagi ini.

Caesar meraih bola basketnya dan turun ke area lapangan apartemen yang masih kosong.

Sempurna, sepi seperti apa yang ia harapkan.

Caesar melakukan pemanasan selama beberapa saat dan gerakan olahraga ringan lainnya, hanya sekedar untuk melemaskan otot-otot tubuhnya saja.

Setelah berolahraga ringan selama beberapa saat, Caesar memutuskan untuk bermain basket seorang diri. Hal ini ia lakukan demi meredam segala pikiran bising dalam kepalanya terkait pertemuannya dengan Heidi kemarin.

Caesar tahu benar jika gadis itu penasaran dengannya. Tapi sebagian dirinya tak mau terlibat dalam urusan orang lain meskipun kini ia menjadi bagian dalam urusan percintaan Heidi dan Jevon.

Di sisi lain, Caesar sendiri tak mengerti mengapa ia terus memikirkan insiden malam itu. Apa mungkin karena itu adalah pertama kalinya untuk Caesar? Tapi ia tahu benar bahwa apa yang sebenarnya mengganggunya bukanlah ketika mereka berhubungan, tapi gadis itu sendiri.

Heidi.

Caesar tak mengerti mengapa ia terus memikirkan gadis itu belakangan ini padahal ia tahu benar bahwa Heidi tak sendiri. Jika mengikuti logikanya sebagai lelaki, it was just a mere one night stand, yang terjadi karena kecelakaan dan seharusnya ia hanya perlu menikmatinya dan bisa melupakannya begitu saja. Tapi nyatanya tidak.

Caesar terlalu tahu banyak hal tentang Jevon dan Heidi. Ia tahu benar bahwa malam itu Jevon datang ke club namun pulang bersama gadis lain, bukan Heidi.

Jevon adalah salah satu regulernya, meskipun tak mengenalnya, tapi Caesar hafal wajah para customer regulernya termasuk Jevon. Ia ingat pria itu pernah datang bersama Heidi sekitar dua tahunan yang lalu. Pria itu juga sering mampir ke tempatnya hanya sekedar untuk urusan pekerjaan; rapat dengan klien atau hanya sekedar makan malam dengan kolega kantornya.

Ketika berpapasan dengan Jevon malam itu, Caesar hanya berpikir bahwa mungkin Jevon dan kekasihnya yang dulu, yaitu Heidi, sudah putus lalu menjalin hubungan dengan orang lain. Ia juga berpikir bahwa malam itu mungkin Jevon tak melihat kehadiran Heidi di sana jadi ia mencoba tak berpikir panjang meskipun hal itu cukup mengganggu pikirannya.

[COMPLETED] WINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang