Wanita Kedua 🔞

5.6K 222 9
                                    

6:30 AM

Niiit!

Niiit!

Jevon bergerak malas di balik selimutnya ketika mendengar suara alarm berbunyi. Ia membuka kedua matanya dan menghela nafas pelan ketika realita seolah menamparnya bahwa ia harus kembali beraktivitas pagi ini.

Jevon menyeret dirinya terbangun dengan malas. Ia melamun sejenak menatap jendela kamar apartemen yang sudah terbuka.

Jevon meraih handphonenya dan lekas menghubungi seseorang.

"Halo?"

"Hai babe," gumam Jevon serak. Ia menyibak selimutnya dan duduk di sisi tempat tidur.

"Kamu baru bangun kah?"

"Eum...kantorku kan deket...only 45 minutes from my apartment," ucap Jevon.

"Oh...oke.."

Jevon menghela nafas pelan, "Kamu masih marah kah? Karena kutinggal semalem?"

"....jujur masih agak sedikit kecewa. Karena setelah kupikir lagi, kita bisa pulang bareng dan kamu bisa ngedrop aku di mana, jadi aku bisa pulang sendiri. But you just left like that."

"I'm sorry...aku panik banget."

"Ya udahlah...terus adik kamu gimana?"

"Uh-oh i-itu...nggak apa-apa! Cuma ada yang keseleo aja!"

"Oh...oke...get well soon."

"Eum...terus kamu pulang naik apa semalam?"

"Eum.....taksi. Karena kata orang yang kerja di sana, bis cuma beroperasi sampai jam 9."

"Oh i see...eum, kamu mau kuanter kah?"

"Nggak usah. Aku jalan sebentar lagi dan kamu baru bangun."

"Ya udah aku jemput?"

"Kita lihat nanti ya? Soalnya hari ini ada jadwal ketemu klien...aku nggak tahu yang bakal ditunjuk pergi siapa. Tapi kalau misalnya bukan aku, ya nanti aku kabarin lagi."

"Oh..oke...jangan lupa sarapan dan hati-hati ya di jalan."

"Eum."

"I love you," ucap Jevon mengakhiri sambungan teleponnya. Ia terdiam menatap wallpaper handphonenya berupa foto dirinya dan Heidi. Ia hanya menghela nafas panjang dan bangkit dari tempat tidurnya.

Jevon berjalan keluar kamar dan aroma harum nasi goreng menghampiri indera penciumannya. Ia melangkah menuju dapur di mana seseorang terlihat sibuk di sana.

Jevon melingkari lengannya memeluk orang itu dari belakang dan membenamkan wajahnya di ceruk leher orang itu, "Good morning," gumamnya mengecup pipi orang itu; Yuna.

"Eum..." Balas Yuna menuangkan sisa nasi goreng di wajan pada piring. Ia meletakkan semuanya di tempat cuci piring sebelum berbalik dan melingkari tangannya di pundak Jevon.

Pria itu mengecup pipinya singkat, "How's your condition?"

"Better," ucap Yuna mendorong pelan Jevon lalu membawakan nasi goreng ke meja makan, "But i'll be much better, kalau kamu udah jujur ke Heidi."

Jevon tertunduk dan menghela nafas panjang sebelum menoleh pada Yuna, "Kamu tahu kan ini tuh nggak mudah!"

"Aku tahu! Tapi mudah, nggak mudah, kamu tetap harus melakukan itu! Before this gets bigger," ucap Yuna menunjuk perutnya sendiri.

[COMPLETED] WINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang