04. Karyawan Baru

631 87 14
                                    

Farel masuk ke ruangan Reyhan dengan tergesa-gesa.

"Sorry, Han. Gue agak telat. Tadi ada masalah sedikit," ucap Farel sesampainya di depan Reyhan.

"Hm. Langsung siapkan proposal untuk meeting nanti," ucap Reyhan.

Farel langsung pergi ke ruangannya untuk menyiapkan keperluan meeting. Setelah dipastikan tidak ada yang tertinggal, ia kembali ke ruangan Reyhan.

"Oh, ya, nanti jadi ada karyawan baru?" Tanya Farel sembari memberikan proposalnya.

Reyhan berhenti sejenak dari aktivitasnya. Melirik jam tangannya sekilas. "Iya, sebentar lagi," ucapnya.

"Oke. Nanti gue bimbing mereka tentang pekerjaannya."

Lima belas menit berlalu. Reyhan sudah selesai mengecek proposalnya. Semua bagus, tidak ada yang kurang.

Kring... Kring...

Bunyi telepon kantor. Farel langsung mengangkatnya.

"Ya?"

"Maaf mengganggu waktunya, Pak. Karyawan barunya sudah datang."

"Oh, suruh mereka ke ruang tunggu saja. Saya akan ke sana sebentar lagi."

"Baik, Pak."

Farel menaruh kembali telepon genggamnya. Ia bersiap-siap untuk menemui karyawan baru itu.

"Karyawannya sudah datang. Gue ke bawah dulu."

Melihat Reyhan yang ikut berdiri, Farel menatap heran. "Kenapa berdiri?"

"Ikut."

"Tumben?" Farel heran saja. Biasanya Reyhan tidak mau ikut campur soal karyawan.

"Lagi pengen aja," jawab Reyhan singkat.

"Oh, ya, udah." Tak ambil pusing, Farel percaya saja kepada Reyhan.

***

"Asisten bos akan ke sini sebentar lagi. Kalian duduk di ruang tunggu saja," ucap resepsionis itu sambil menunjuk ke ruang tunggu.

"Makasih, ya, Kak." Setelah berterima kasih, dua insan itu langsung menuju ruang tunggu untuk menunggu asisten bosnya.

Mereka duduk sambil melihat sekitar. Ruang tunggu ini lumayan tertutup karena memiliki pintu. Mereka bisa bicara di dalam tanpa khawatir orang luar mendengarnya.

"Deg-degan nggak, Na?" Tanya Kaila kepada Zanna.

"Dikit. Kamu?" Tanya Zanna balik.

"Lumayan." Padahal jantung Kaila sudah dag-dig-dug tidak karuan.

"Santai, Kai. Jangan terlalu grogi," ucap Zanna sambil memegang tangan Kaila.

"Semoga hari pertama kita berjalan dengan lancar, ya," doa Kaila.

"Aamiin." Zanna turut mengaminkan. Mereka berbicara sebentar sembari menunggu asisten bos yang datang.

Melihat seorang pemuda yang masuk ke ruang tunggu, Kaila dan Zanna langsung terdiam.

"Kalian karyawan barunya?" Tanya seseorang yang mereka duga asisten bos.

"Iya, Pak," jawab keduanya.

"Kalian bisa ikut saya. Saya akan memberitahu pekerjaan kalian."

Kaila dan Zanna mengikuti ke mana asisten bos pergi. Mereka jadi sedikit grogi saat keluar ternyata juga ada bosnya ikut.

Sesampainya di depan lift, mereka diam memerhatikan bos dan asistennya masuk. Karena tak kunjung masuk saat pintu lift hampir tertutup, asisten bosnya itu menegur.

"Ayo, masuk. Kenapa diam saja," tegurnya.

Kaila dan Zanna saling pandang sebentar, lalu masuk ke dalam lift dengan hati-hati. Lift itu tergolong kecil untuk dimasuki empat orang. Jadi sebisa mungkin mereka berjaga-jaga agar tidak berdempetan.

Setelah keluar dari lift, mereka berdua bernapas lega. Rasanya canggung karena selama di dalam tidak ada yang memulai percakapan.

"Oh, ya, siapa nama kalian?" Tanya asisten bos mereka.

"Saya Kaila, Pak," jawab Kaila.

"Saya Zanna, Pak," jawab Zanna.

"Saya Farel, asisten bos kalian. Ini bos kalian, Reyhan." Farel mengenalkan dirinya dan Reyhan.

"Iya, Pak."

"Kalian sepertinya pendiam, ya. Tidak banyak omong," celetuk Farel.

Mereka berdua hanya menunduk. Tidak tahu harus menjawab apa.

"Ekhem." Deheman Reyhan mengingatkan tujuan mereka ke sini.

"Kalian sudah tahu akan ditempatkan di bagian keuangan, kan?" Tanya Farel.

"Sudah, Pak."

"Saya akan membagi tugas kalian. Untuk Kaila, kamu akan fokus ke finance. Tugasmu adalah mengelola uang kantor yang masuk dan keluar. Dan untuk Zanna, kamu di bagian accounting. Tugasmu adalah mengolah data keuangan dan menyajikannya dalam laporan. Kalian berdua harus melibatkan kerja sama, karena pekerjaan kalian saling berkaitan. Bagaimana Pak Reyhan, apakah setuju?" Jelas Farel.

Reyhan hanya menganggukkan kepalanya sebagai tanda setuju.

"Apa ada yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Farel kepada Kaila dan Zanna.

"Untuk jadwal kerjanya, bagaimana, ya, Pak?" Tanya Kaila perwakilan.

"Oh, ya. Pak Reyhan bilang kalian masih kuliah. Makanya saya membagi tugas kalian. Untuk ini tanyakan saja pada Pak Reyhan. Dia yang lebih berkuasa."

"Pak?" Panggil Kaila pada Reyhan yang hanya terdiam.

"Karena kalian part time, kalian bisa ke kantor setelah selesai kuliah," ujar Reyhan.

"Maaf, Pak. Jika seandainya kami sedang tidak bisa ke kantor karena ada suatu tugas, bagaimana?" Kali ini Zanna yang bertanya.

"Kalian bisa bekerja dari rumah. Yang penting pekerjaan selesai. Dan untuk bagian finance, setelah selesai menghitung pengeluaran dan pemasukan, laporkan pada saya tiap hari," titah Reyhan.

"Baik, Pak," jawab Kaila.

"Jika sudah tidak ada yang ditanyakan. Kami pergi dulu, karena sebentar lagi ada meeting," ucap Farel.

"Tidak ada, Pak. Terima kasih sudah mengizinkan kami bekerja di sini. Kami akan memberikan yang terbaik pada perusahaan ini," jawab Zanna.

"Saya pegang kata-katamu." Setelah mengatakan itu, Farel dan Reyhan langsung pergi.

***

"Sudah selesai, Kai?" Tanya Zanna sambil melirik Kaila yang sedang menyalin data pengeluaran kantor.

"Belum. Baru dapat setengah," jawab Kaila yang masih fokus ke komputer.

"Berarti tugasku ini nunggu kamu kelar dulu, dong."

"Iya. Enak, kan?"

"Enak, sih. Tapi bosen mau ngapain."

"Ngerjain tugas kampus aja. Sambil nunggu aku selesai ngitung."

"Boleh, deh." Zanna membuka laptopnya untuk menyicil tugas kampusnya.

Dua puluh lima menit berlalu. Kaila sudah selesai menghitung pengeluaran kantor hari ini. Sebenarnya tugasnya tidak terlalu banyak, hanya karena ini pertama kali, Kaila bolak-balik mengecek dan mencocokkan seperti data yang telah lalu.

"Aku ke ruangan bos dulu, ya, Na. Mau laporan," ucap Kaila setelah selesai memasukkan hasil kerjanya ke flashdisk.

"Oke." Zanna masih terlihat menatapi layar laptopnya. Sebelum Kaila datang lagi, ia akan menyelesaikan setidaknya setengah dari tugasnya.

Bersamamu, Aku Bisa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang