05. Yang Waktu Itu

564 80 3
                                    

"Assalamualaikum, Pak," ucap Kaila saat masuk ke ruangan Reyhan.

"Wa'alaikumussalam," jawab Reyhan tanpa menoleh.

"Saya mau laporan data keuangan hari ini, Pak." Kaila mengutarakan niatnya.

"Duduk dulu. Saya lagi sibuk," suruh Reyhan.

Kaila duduk seperti perkataan bosnya. Ia akan menunggu sebentar. Sepertinya bosnya memang sedang sibuk. Terbukti dari wajahnya yang terlihat serius memandangi berkas-berkas di meja.

Setelah menunggu kurang lebih sepuluh menit, Reyhan akhirnya mengangkat kepalanya dari kertas-kertas itu. Ia tampak memandangi karyawan barunya yang sedang menatap takjub sekeliling ruangannya.

"Ekhem," dehemnya untuk mengambil alih atensi karyawannya.

"Eh, sudah selesai, Pak. Oh, ya, ini perhitungan saya hari ini," kata Kaila sambil menyerahkan kertas di tangannya.

Reyhan mengambil kertas tersebut. Ia melihat perincian Kaila yang cukup bagus untuk ukuran pegawai baru.

"Cukup memuaskan. Apa sebelumnya kamu pernah melakukan pekerjaan ini?" Tanyanya.

"Saya belum pernah kerja kantoran sebelumnya, Pak. Alhamdulillah kalau bapak suka kerja saya."

"Dari mana kamu tahu cara kerjanya?"

"Pak Farel mengirimi saya file yang biasa digunakan. Jadi saya membuatnya seperti itu."

Reyhan mengangguk paham. "Bagus. Saya suka kerja kamu."

"Terima kasih, Pak." Kaila senang mendapat pujian dari bosnya.

"Berikan file ini kepada temanmu. Biar dia yang melanjutkan datanya. Kamu boleh pulang." Reyhan menyimpan kertas tadi di atas tumpukan dokumen.

"Mmm... Kalau boleh, saya izin mengerjakan tugas kuliah di sini, Pak. Soalnya wifi di sini lancar." Kaila berkata sambil cengengesan.

"Terserah kamu. Jika ingin pulang, kamu bisa pulang duluan."

"Baiklah. Terima kasih, Pak. Saya permisi dulu." Kaila pamit untuk kembali ke ruangannya lagi.

"Pak, saya mau bertanya," ucapnya yang tidak jadi berbalik.

"Katakan."

"Bapak ini, orang yang di halte waktu itu bukan? Yang meminjamkan jaketnya sama saya?" Kaila bertanya dengan ragu.

"Kenapa kamu berpikir seperti itu?" Tanya Reyhan balik.

"Soalnya, saya menemukan kartu nama bapak di saku jaket. Saya juga baru ingat wajah bapak setelah bertemu kemarin," ucapnya sambil menunduk.

"Jika menurut kamu begitu, itu benar. Saya yang waktu itu," jawab Reyhan jujur.

"Jadi benar itu bapak? Saya mau mengucapkan terima kasih, karena waktu itu bapak sedang terburu-buru, saya jadi tidak sempat berterima kasih. Jaketnya besok akan saya kembalikan." Kaila menatap bosnya sebentar lalu menunduk lagi.

"Tidak perlu dikembalikan. Ambil saja jaketnya untukmu." Reyhan berkata dengan nada lembut.

"Tapi, jaket itu sepertinya mahal. Saya akan kembalikan saja besok." Kaila merasa tidak enak.

"Saya bilang tidak perlu," ucap Reyhan dengan sedikit tegas.

Kaila bingung. Ia ingin mengembalikan jaket itu, tapi bosnya menolak. "Baiklah jika itu mau bapak. Sekali lagi terima kasih atas jaketnya." Karena takut dianggap pegawai yang tidak patuh, Kaila akhirnya mengalah.

"Hm."

"Saya permisi, Pak. Assalamualaikum." Setelah mengucapkan salam, Kaila benar-benar pergi dari sana.

"Wa'alaikumussalam." Reyhan menatap kepergian Kaila dengan pandangan yang sulit dimengerti.

***

Kaila masuk ke ruangannya lagi. Ia mendekati Zanna yang sedang menunggu kedatangannya.

"Gimana?" Tanya Zanna.

"Udah bener, kok. Kamu bisa lanjut bikin datanya," kata Kaila.

"Kirim ke aku, ya, biar bisa langsung bikin datanya."

Kaila membalas Zanna dengan mengangkat jempol. Lalu, ia duduk kembali di kursinya untuk mengirim hasil kerjanya tadi kepada Zanna.

"Kamu mau langsung pulang?" Tanya Zanna setelah mendapat file dari Kaila.

"Nggak, ah. Mau ngerjain tugas kuliah dulu. Nanti pulangnya bareng aja, habis ngerjain tugas." Membuka laptopnya, Kaila mulai mengerjakan tugas kuliah.

"Oke, deh, kalau gitu." Setelahnya mereka fokus pada pekerjaan masing-masing.

***

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Kaila dan Zanna benar-benar mengerjakan tugas kuliah di kantor sampai selesai. Mumpung jaringannya lancar.

"Akhirnya selesai juga," kata Kaila sambil membawa tubuhnya ke kanan dan ke kiri untuk direlaks-kan.

"Pengen rebahan," ucap Zanna yang menumpukan kepalanya ke meja.

"Pulang, yuk," ajaknya.

Kaila melirik jam di ponselnya. "Jam empat, Na. Kita pulang?" Tanya Kaila.

"Jadwal pulang kantor jam berapa, sih?" Kepo Zanna.

"Kayaknya jam lima udah pulang. Aku juga nggak tahu pastinya. Tapi kata Pak Reyhan, kalau kita mau pulang, pulang aja." Kaila memberitahu.

"Emang boleh?" Tanya Zanna ragu.

"Boleh, kok. Kita, kan, kerjanya part time, jadi kalau kerjaan kita udah selesai, bisa pulang."

"Tapi nggak enak juga kalau dilihat karyawan yang lain." Zanna merasa tidak enak jika harus pulang dulu.

"Kalau kamu mau nunggu sampai jam pulang juga boleh. Terserah kamu, lah. Aku ikut aja."

"Ya, udah. Kita pulang aja, yuk," ucap Zanna cengengesan.

"Nggak jadi nunggu sampai jam pulang?"

"Nggak, deh. Nanti malam kita, kan, ada jadwal ngaji. Takut kecapekan sampai rumah."

"Oh, oke, deh. Yuk, pulang." Mereka menata barang-barang ke tempat semula sebelum pulang.

Bersamamu, Aku Bisa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang