Setelah kepergian Floryn dengan Aamon, Yin membaringkan dirinya diatas sofa. Dia menarik napasnya sambil menatap layar handphonenya, melihat agenda selanjutnya yang biasa ia lakukan selama ini.
Jemarinya mendial nomor yang ia kenali lalu menempelkan handphonenya ke telinga. Pada deringan kedua, panggilannya diangkat.
"Halo? Yin? Kau belum tidur?" tanya Wanwan diseberangnya.
"Ya, ada yang ingin kukatakan sebelum aku tidur." sahut Yin pelan sambil menyisir rambut cerahnya. "Mengenai pertunangan yang sempat kita rencanakan sebelumnya, aku mau membatalkannya."
Jeda sejenak sebelum gadis diseberang teleponnya membalas.
"Jadi, apa rencanamu? Kau tahu pasti ibu kita tidak akan menyukai hal ini."
"Maafkan aku, karena setelah aku merapikan pikiranku sejenak aku rasa ini jalan yang terbaik." Yin tersenyum tipis karena beban yang ia rasakan tidak terasa lagi setelah bertemu Floryn. "Kurasa sekarang aku bisa melangkah maju tanpa memikirkan hubungan asmara."
Wanwan selama ini selalu bersama Yin jadi ia tahu kurang lebih perasaan temannya. Gadis itu tersenyum lalu menyetujui perkataan Yin.
"Kau mau merayakan ini dengan minum-minum? Aku yang traktir."
Di pinggir trotoar yang mulai sepi dengan lampu penerang jalanan, suara langkah kaki saling bersahutan milik kedua orang sedang berjalan setelah keluar dari kompleks perumahan. Namun gadis yang digandeng pria didepannya sempat tersengal mengikuti langkahnya.
"Tunggu, Aamon!" seru Floryn sedikit kepayahan mengikuti langkah besar lelaki itu. "Kau berjalan sangat cepat."
"Ngh!" Floryn meringis merasakan nyeri pada tumit kakinya. Dia menghentikan langkahnya sambil membungkuk menahan nyeri itu.
"Ah..." Aamon yang menyadari perubahan pada raut muka gadis itu kontan menyadari kesalahannya. Dia ikut berhenti melangkah sambil mendekatinya. "Aku minta maaf."
Floryn melihat lelaki itu yang merasa bersalah kini sedang berjongkok dan memeriksa kakinya yang sakit.
"Apa kakimu baik-baik saja?" tanya Aamon sambil memeriksa keadaan kakinya.
"Ya. Kakiku hanya kepentok sesuatu dirumah Yin." balas Floryn tenang.
Aamon segera berdiri sambil mengamati Floryn dengan senyuman tipis. "Kita pulang naik taksi ya. Disini jarang terjadi macet, kurasa kita bisa mendapatkannya kalau menunggu disini."
Floryn menatap Aamon lalu ikut tersenyum dengan cerah menanggapinya. "Ya."
Sepasang iris cyan milik Aamon berganti redup sesaat memerhatikan dirinya. Tangannya terangkat menyentuh sisi wajah Floryn lalu turun menyentuh kerah blus yang dikenakan gadis itu kini sedikit terbuka memperlihatkan leher dan kulitnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Spring [END]
Fiksi PenggemarAnother Title: When Flowers Blooming in Spring Saat itu, bunga bermekaran di sekitar pejalanan. Udaranya mulai bersahabat sehingga banyak orang-orang menghabiskan waktunya pergi keluar. Kehidupan Aamon di universitas berjalan baik-baik saja. Orang-o...