Plak!
"Kurang ajar! Bisa-bisanya kau melamun saat aku sedang bicara!" wanita bertubuh gempal dengan wajah penuh riasan itu terlihat sangat murka.
Aku menyentuh pipiku yang baru saja ditampar dengan keras olehnya. Tidak sakit.
Plak!
Wanita itu menamparku lagi sambil mengumpat. Dia selalu memasang wajah penuh kasih sayang setiap kali ada tamu yang datang, dia juga selalu melarang anak-anak bermain kasar, tapi dia juga yang menjadi iblis di tempat ini. Dia adalah Nyonya Jo Hwa In, direktur Panti Asuhan Mirae, tempatku dibesarkan.
"Apa kau bisu!? Kenapa diam saja? Aku bertanya apa kau yang mencuri makanan yang diberikan donatur!?" tanya wanita itu sambil mencengkram kerah kausku.
Lagi. Jo Hwa In menamparku tanpa belas kasih. Cairan merah menetes dari sudut bibirku. Jelas-jelas itu darah, tapi sama sekali tidak ada rasanya di mulutku. Tidak salah lagi, ini juga mimpi.
Bukankah terakhir kali tertidur aku juga bermimpi? Kenapa sekarang jadi sering sekali?
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka. Seorang anak laki-laki berlari masuk dan menarik tangan Jo Hwa In. "Hentikan, Nyonya! Sora tidak bersalah! Aku yang mengambilnya, jadi tolong lepaskan dia."
"Apa kau bilang, Taemin?" Jo Hwa In melepaskan cengkramannya dariku dan melayangkan tamparan ke wajah anak laki-laki itu. "Berani sekali! Kalian pasti berkomplot untuk mencurinya. Dasar anak-anak sial!"
Kim Taemin? Apa aku tidak salah lihat? Anak itu.. dia masih hidup?
Ah.. benar. Ini mimpi. Peristiwa itu terjadi di ulang tahunku yang ke-6. Usia Taemin 3 tahun lebih tua dariku dan kami berdua sama-sama dibuang di panti asuhan sejak bayi. Taemin dan aku tumbuh bersama dan menjadi sangat dekat. Dia selalu melindungiku dari anak panti lain yang sering menindasku. Dia juga selalu membelaku di depan Direktur Panti dan para pengasuh yang kejam. Aku sudah menganggap Taemin sebagai kakakku, sampai pada hari itu, dia melakukan kesalahan besar karena melindungiku dari amukan Nyonya Jo Hwa In.
Kami berdua dipaksa menghabiskan sepanjang malam di luar panti karena dituduh mencuri makanan yang diberikan donatur beberapa waktu lalu. Makanan itu tentu saja diberikan untuk anak-anak panti asuhan, tapi selama ini, Direktur Jo Hwa In dan beberapa pengasuh yang dekat dengannya lah yang menikmati semua pemberian para donatur itu.
"Hiks.. Kak Taemin.."
Aku menangis sepanjang malam sambil dipeluk oleh Taemin. Badan kami menggigil kedinginan, terkurung di tengah musim dingin tanpa pakaian tebal ataupun selimut sehelaipun.
"Tidak apa-apa, Sora. Ini kan bukan pertama kalinya kita dihukum tidur di luar." sebut anak itu, masih bisa tersenyum untuk menenangkanku.
"Dingin, kak. Tanganku, aku tidak bisa merasakannya."
"Mana, coba aku lihat. Haaahh.. apa terasa lebih hangat?" tanya anak itu sambil menghembuskan napasnya untuk menghangatkan kedua tanganku yang membeku.
"Woah.. hangat.. Lakukan lagi, kak."
"Haha! Baiklah. Beruntung aku sudah gosok gigi sebelum kita ditendang keluar."
Malam semakin larut. Udara juga semakin dingin. Ramalan cuaca bilang, malam itu salju akan turun. Aku sangat cemas dan ketakutan. Tapi menyadari ada Taemin yang menjaga dan menghangatkanku membuatku sedikit tenang, sampai akhirnya tertidur di pelukannya. Saat itu aku tidak tahu, kalau malam itu adalah saat terakhir aku bisa melihat Taemin.
***
"Hng.. Kakak.. Kak Taemin.. dingin.. KAKAK!" panggilku begitu membuka mata. Wajahku basah. Apa aku menangis? Barusan.. aku memanggil nama Kak Taemin. Apa tadi aku bermimpi tentangnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Heroine's Back
FantasyAku hidup sebagai seorang figuran hanya untuk membuat sahabatku yang seorang heroine bersinar lebih terang. Hingga suatu hari aku tewas setelah menyelamatkannya dari kecelakaan. Ku kira hidupku yang tidak berarti ini akhirnya berakhir, tapi aku just...