Chapter 4 [Ravis]

1.2K 212 5
                                    

"Lian! Bangun!" teriak Jenna tepat di telingaku.

Aku langsung terperanjat membuka mata. Kepalaku terasa berat dan seluruh tubuhku keram. Aku hanya bisa melirik ke arah jendela untuk memastikan waktu. Rupanya matahari sudah sepenggal naik, padahal seingatku sebelum menutup mata yang ku lihat hanya bulan yang bersinar dengan sempurna, dan seorang peri yang terluka.

"Peri?" gumamku memikirkan lagi apa yang ku lihat maam tadi. "Anak laki-laki itu!" panikku begitu menyadari wujudnya yang samar di ingatanku.

Kemarin malam aku pergi ke kota untuk menjual sebagian batu luminas yang tersisa. Aku pikir kalau bisa ku jual semuanya malam itu, maka hari ini aku sudah bisa pergi dari Bardatt. Tapi saat perjalanan pulang aku justru diikuti oleh sekelompok preman. Aku yakin mereka adalah suruhan dari salah satu toko yang ku datangi. Aku berusaha melarikan diri dengan sihir, tapi langsung tertangkap detektor mana yang tersebar di penjuru kota. Aku langsung bersembunyi dari kejaran preman-preman itu. Saat itulah aku bertemu dengannya, sosok yang awalnya ku kira seorang peri. Rambutnya tampak seperti benang perak dan wajah kecilnya yang seperti boneka itu penuh dengan luka. Sepertinya anak itu juga sedang bersembunyi dari sesuatu dan berakhir pingsan di tempat itu. Saat aku coba membawanya ke tempat yang lebih aman, sekelompok pria berjubah hitam menghadang kami. Mereka tiba-tiba menyerang tidak hanya dengan senjata, tapi juga sihir. Setelah itu semuanya tampak kabur. Tapi aku ingat pemandangan itu, saat keloompok berjubah hitam yang mengejar kami tiba-tiba terpental setelah terkena tembakan sihir. Padahal ku yakin sihirku tidak sekuat itu. Lalu setelahnya.. aku tidak ingat lagi. Apa mungkin itu hanya mimpi?

"Lian? Apa kau baik-baik saja?" tanya Jenna membuyarkan lamunanku. "Kapan kau pulang? Aku sama sekali tidak mendengarmu masuk ke dalam rumah. Lalu, siapa anak laki-laki yang tidur di sebelahmu itu?"

Aku terperanjat seketika begitu mendengar kalimat Jenna. Tubuhku yang kaku kupaksa bergerak utuk melihat siapa anak laki-laki yang dimaksud gadis itu.

Rupanya benar. Anak berambut perak yang ku lihat malam tadi, kini terbaring pulas di sebelahku. Kini aku bisa melihat luka di tubuhnya lebih jelas. Tampaknya dia berhasil kabur setelah dihajar sangat parah. 

"Hngg.. kakak.. tolong aku.." igau anak itu sambil meringis kesakitan. Napasnya memburu tidak teratur. Saat ku periksa, keningnya terasa sangat panas. Bibirnya kering dan sangat pucat, cenderung keunguan.

"Jenna, bisa tolong ambilkan kain dan air dingin? Ah, tolong bawakan juga botol nomor 4 dan 7 di meja kerjaku." pintaku panik. Demam anak laki-laki ini terlihat tidak normal. 

Jenna segera mengambilkan barang yang ku minta tanpa banyak bertanya.

"Siapa dia Lian? Apa yang terjadi padanya?" tanya Jenna setelah kembali dengan barang-barang yang ku minta.

Siapa dia? Aku juga tidak tahu. Dari penampilannya, dia tidak mungkin orang biasa. Aku sangat yakin dia adalah anak dari kelaurga bangsawan. Tapi yang mana? Ada banyak kelaurga bangsawan yang tinggal di Kota Bardatt.

"Kita bisa bertanya langsung padanya setelah dia sadar. Sekarang kita harus mengeluarkan racunnya dulu." sebutku sambil mengeluarkan bubuk tanaman yang ku simpan di dua botol kaca yang baru saja dibawakan Jenna.

Untung saja aku sempat mempelajari beberapa tanaman dan ramuan herbal saat tinggal di panti asuhan dari seorang tabib desa. Pengobatan di dunia ini tidak secanggih di duniaku dulu. Orang yang mau bekerja sebagai dokter sangat langka, karena kebanyakan penyakit bisa langsung disembuhkan dengan kekuatan Divine. Masalahnya, kekuatan itu dikendalikan oleh kuil, jadi tidak bisa sembarang diakses kapanpun seseorang membutuhkannya. Karena itu ku pikir, menguasai ilmu pengobatan dari meramu tanaman akan sangat membantu saat melakukan sebuah petualangan rahasia. Ku sebut rahasia karena memang selama 5 tahun ini, Aku dan Jenna bepergian tanpa tanda pengenal. Jadi kami harus menghindari para penjaga sebisa mungkin jika tidak ingin ditangkap karena diduga penyusup dan diadili di tiang eksekusi.

Heroine's BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang