Hanan tidak mengetahui apapun tentang Marselio, jawabannya adalah iya. Maksudnya tentang semuanya, tentang yang belum pernah Marselio ceritakan padanya, ketika laki-laki itu masih hidup. Dia hanya menceritakan tentang Papa, bagaimana kehidupannya setelah kedua orang tuanya bercerai. Tidak dengan saudara, Marselio tidak pernah menceritakan barang sedikitpun tentang hal itu. Tapi, bagaimana bisa tiba-tiba orang berwajah sama persis seperti Marselio datang ke kehidupannya.
Di sinilah Hanan sekarang, duduk di hadapan gundukan tanah yang di hiasi bunga di atasnya, yang mana menandakan bahwa makam ini baru saja ada yang mendatanginya.
"Kak, kamu masih terlalu tertutup. Masih banyak yang belum kamu kasih tau ke aku tentang hidup kamu." Hanan menatapi nama Marselio dan membacanya berulang. Tangannya ia letakkan di atas lututnya, sedang dagu ia topang di atas sana.
"Mau cerita, tapi kamu jangan marah ya? Jangan cemburu di atas sana. Kemarin-marin aku ada liat orang yang mirip banget sama kamu," Hanan bahkan sudah menggelengkan kepalanya sekarang, "bukan mirip, tapi bener-bener sama." Lalu sekarang pemuda Giovanni itu terkekeh.
"Kamu pasti ketawa kan kak di atas sana? Gapapa, aku memang se halu itu karena terlalu kangen kamu." Hanan menatap lirih nisan tersebut, sudah berapa kali dia janji untuk tidak menangis kalau kesini? Ratusan, bahkan ribuan kali. Tapi lihatlah dirinya sekarang, Hanan tengah menundukkan wajahnya, diam-diam meneteskan air mata. Bahkan panas matahari yang begitu terik tak ia hiraukan.
Sampai beberapa menit berlalu Hanan tidak merasakan sinar matahari menyengat tubuhnya langsung. Hanan sontak mendongak, sebuah payung yang dapat ia lihat. Bingung tentu saja, siapa seseorang yang datang dan memberikannya payung begini?
Hanan perlahan berdiri begitupun payung yang kian terangkat seiring tubuh Hanan yang mulai meninggi, dan untuk kedua kalinya Hanan kembali bertemu dengan seseorang yang wajahnya sama dengan Marselio.
Dia, laki-laki yang wajahnya sama dengan sang kekasih menatap Hanan dengan tatapan sendu miliknya, tak ada kacamata hitam yang bertengger sempurna di hidung bangirnya seperti awal mereka bertemu. Detik berikutnya adalah detik-detik yang tak bisa Hanan jelaskan.
Karena tubuhnya sudah di tarik masuk ke dalam pelukan laki-laki itu, bahkan dia mengusap punggung Hanan dengan pelan. Hanan terdiam, ia tidak tahu situasi macam apa yang tengah ia hadapi sekarang ini.
Ia tidak sedang berhalusinasi, sebab pelukan ini terasa begitu nyata, apalagi usapan yang Hanan rasakan pada punggungnya, Hanan benar-benar bisa merasakan hal tersebut. Pelukan yang Hanan rindukan dapat kembali ia rasakan, pelukannya sama namun rasanya yang berbeda. Hanan kini sudah terisak, ia sudah memeluk kuat-kuat tubuh tersebut, menangis dengan tersedu di sana.
"Lo gak lagi halusinasi. Gue emang beneran ada, Nan."
Hanan tak menggubris perkataan tersebut, ia lebih memilih untuk memeluk tubuh tersebut lebih dalam lagi. Seolah mengatakan padanya bahwa Hanan takut kehilangan lagi, takut ditinggalkan lagi. Beberapa detik berlalu Hanan kembali teringat, bahwa yang dia peluk ini bukanlah Marselio, dia bukan Marselio. Maka dari itu Hanan melepaskan pelukan mereka, langkahnya mundur untuk memberikan jarak.
"Sorry, gue gak maksud buat peluk lo kayak tadi."
Pemuda itu mengangguk sembari tertawa singkat, "santai aja, lagian gue juga yang meluk lo duluan."
Hanan mengangguk sebagai responnya, lalu setelahnya menundukkan kepala, kecanggungan melingkupi mereka saat ini.
"Mau makan bareng?"
Hanan mendongak, menatap laki-laki di hadapannya ini dengan tatapan bertanya miliknya. Laki-laki itu mengangkat alis beserta bahunya sekilas, "Kalo gak mau juga gapapa kok, ini gue cuma mau ngajak kenalan aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
After You || Markhyuck
FanfictionAfter of [It's Okay, Kak..] About him the same but different. he is Marselo Yovanka.. .. 📢WARNING📢 📌 Markhyuck Ship 📌 BXB/HOMO