Chapter 15 | Sebuah Konflik

144 24 0
                                    


"Aku ingin tetap menjadi payung pelindung untuk mu"

----

Raka sakit..

Pagi ini matahari menyinari bumi begitu terik, ditambah dengan aroma khas dan udara yang sejuk sehabis hujan kemarin, tapi inilah Bogor.

Kota hujan..

Raka tidak masuk hari ini, Laki laki itu sudah mengirimkan chat kepada Reva bahwa dirinya tidak bisa masuk karena sakit demam dan mengigil cukup parah, Reva khawatir hingga akhirnya Raka menjelaskan bahwa dirinya baik baik saja dan sebentar lagi akan membaik.

Raka sakit akibat kehujanan kemarin siang, ditambah Kondisi nya yang saat itu sedang down, tapi Raka tetaplah laki laki kuat dan tangguh.

Apa semua salah Nadira? Kalau saja Raka tidak menyerahkan payung dan jaketnya, mungkin hari ini Raka akan sekolah dan menjalankan aktivitas seperti biasanya.

Dikelas kini begitu hening, begitu pun bel masuk yang belum berbunyi sejak tadi, terlihat beberapa siswa maupun siswi sedang mengerjakan pr nya dikelas, oh bukan kah pr itu pekerjaan Rumah?

Reva hanya terdiam di bangkunya sambil memfokuskan diri memandang layar gadget nya, sejurus dari itu gadis dengan perawakan cantik itu melihat sosok Nadira yang dari tadi ditunggu tunggu akhirnya datang kekelas.

"Asal lu tahu, Raka sakit" beber Reva menghampiri Nadira- dengan nada memelan dan menampakan ekspresi sedih.

Nadira merotasikan bola matanya ke arah Reva, kemudian menghembuskan napas lelah ke udara.

"Trus hubungannya sama gue apa?" Tanya nya seolah tidak terjadi sesuatu.

Reva bungkam seribu bahasa, lagi lagi gadis itu dibuat marah dengan ucapan Nadira.

"Jelas ini salah lu" tuduh Reva menunjuk wajah Nadira.

"Ap-"

"lu sedikit aja ngehargain dia gitu, jengkuk Dia, atau apapun nad, lu sadar gak sih kalau dia tuh bener bener cinta sama lu" Ucap Reva dengan nada naik beberapa oktaf.

"Jelas ini bukan salah gue, di sakit ya ulah dia sendiri" balas Nadira dengan entengnya.

Reva mengulum bibir, kemudian gadis itu menghela napas panjang, dan menggelengkan kepalanya.

"Gak ngerti lagi gue sama lu, jelas jelas kemarin gue liat, Raka rela kasih jaket sama payung nya buat lu" jelas Reva dengan tegasnya.

"Siapa suruh dia ngasih itu ke gue hah?"

"Nad sedikit aja lu hargain perjuangan dia"

"Gue gak pernah nganggep Raka ada, dia tuh cuma bahan gabutan gue, kalau Arsaka gak ada" Tutur Nadira dengan tertawa licik.

"Bener bener iblis lu, kalau aja Raka gak ngasih payung sama jaket nya mungkin dia hari ini gak sakit, ini semua salah lu" Emosi Reva semakin naik diiringi dengan napas yang semakin naik turun.

"Sedikit aja lu hargain perjuangan Raka"

"Gue gak sudi hargain dia apalagi jadi pacar dia najis dan gue-"

Plakkk

Napas Reva kini memburu naik turun, menahan kekesalan yang selama tadi ia tahan kemudian mengeluarkan unek uneknya sejak tadi.

Satu tamparan keras melayang di pipi Nadira, hingga wajah gadis itu tertampar kesamping, dan menyisakan lembam cukup merah akibat tamparan itu.

"Apa mau marah lu!?" Bentak Reva mendorong keras bahu Nadira hingga terdorong beberapa langkah dari posisinya.

Nadira masih mematung memegang pipi kirinya dengan tangan, sejurus kemudian gadis itu menatap wajah Reva penuh amarah.

"Jangan berani main tangan ya sama gue" Bentak Nadira dengan nada yang kini naik beberapa oktaf.

"Gue terlalu benci sama wanita iblis kaya Lo" Tutur Reva.

Kini kedua gadis itu menjadi pusat perhatian dikelas, tak ada yang melerainya seolah ini menjadi tontonan seru bagi mereka.

"Udah cukup" Lontar Arsaka yang tiba tiba datang masuk ke kelas Nadira.

"Lu udah berani hah buat Nadira nangis" emosi Arsaka disertai nafas yang kini memburu.

"Lepasin gue arsaka!!" Mohon Reva kesakitan.

Arsaka tidak melepas jambakan pada rambut Reva -dengan tangan kasarnya, Reva memberontak namun Arsaka tetap tidak melepaskannya.

"Gue mohon lepasin sakit, Arsaka"

Brugh

Arsaka melepaskan jambakan pada rambut Reva kemudian mendorong keras tubuh kecil Reva hingga gadis itu tersungkur jatuh ke lantai..

Dan kini suasana kelas semakin memanas..

"Inget Lo semua" Arsaka menunjuk dan menatap semua siswa yang ada di kelas.

"Jangan macem macem sama Nadira" ucap nya lalu menarik tangan Nadira dan membawanya keluar dari kelas.

Diary Raka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang