Malam hari telah tiba, hujan itu perlahan mereda, Kini Raka sedang berada dikamarnya mengemasi barang barang miliknya untuk pindahan malam ini."Raka kamu mau kemana?" Tanya Rudi ketika melihat Raka yang sibuk mengemas barang barang dan memasukannya dalam koper.
Raka memandang Rudi kemudian tersenyum.
"Aku izin pergi pa, aku bukan bagian dari keluarga ini" ucap Raka seraya menepuk pelan pundak Rudi.
"Papa minta maaf selama ini udah terlalu keras sama kamu nak" Rudi mengelus rambut Raka dengan lembut.
Seketika air mata Raka turun tanpa diperintah, karena jujur selama 17 tahun Raka tidak pernah diperlakukan seperti ini.
"Makasih ya pa udah ngurus aku dari bayi" Ucap Raka dan tanpa sadar rudi memeluk Raka dengan erat, Raka semakin dibuat menangis hebat, saling hebat tangisan itu suaranya lenyap dipelukan Rudi.
"Aku pamit pah" Raka mencium punggung tangan Rudi dan tiba tiba air mata jatuh di sudut mata pria paruh baya itu.
Ada rasa penyesalan yang tiba tiba ia ingat, ketika ia memperlakukan Raka sangat tidak adil.
"Kak Raka jangan pergi" inka menangis dan memeluk Raka sangat erat.
Raka ikut menangis, kemudian mencium kening inka sembari terisak.
"Maafin kak Raka, tapi kakak harus pergi dari sini, kakak sayang banget sama kamu inka" Ucap Raka membuat tangisan inka semakin hebat.
Suara klakson mobil terdengar menampakan taksi yang sudah menunggu Raka diseberang sana.
"Kakak pamit ya" Raka melepas pelukan itu.
"Enggak kak, jangan"
Inka mengejar Raka yang sudah masuk kedalam mobil dengan koper nya, namun semua sia sia, mobil itu telah pergi menjauh dari sana.
"KAK RAKAAAA!!!"
••••
Raka dalam taksi sekarang, cowok itu hanya terdiam beberapa sesaat sebelum pikirannya berkelana memikirkan tentang keluarganya, apakah keputusannya untuk pergi adalah pilihan terbaik.Raka menghela napas panjang, mata laki laki itu memandang jalanan dari jendela taksi dengan tatapan kosong dan kini satu tetesan air mata keluar dari sudut matanya.
'Aku lelah Tuhan' satu kalimat yang ia loloskan dalam hati dengan perasaan sesak yang menerpa, kini hidupnya terasa hampa.
Walaupun perihal Nadira sudah menjadi miliknya namun ia masih sesak memikirkan keadaan senja yang entah berada dimana.
"Senja kamu dimana?" Kalimat Yang Raka tanyakan untuk diri sendiri, tentang senja yang entah kemana, ada rasa penyesalan membucah dilubuk hatinya.
Dan Tentang siapa sebenarnya orang tua kandung nya, Raka hancur sekarang, rasanya masih sakit ketika mengetahui fakta bahwa mereka bukan keluarganya.
Raka menghela napas panjang melihat ke arah depan, Dan Raka sedikit bingung dengan keadaan supir taksi Yang mengendarai mobil itu.
Supir yang mengendarai taksi tersebut terlihat mengantuk, membuat Raka yang melihatnya menepuk pundaknya pelan.
"Bang hati hati nyetirnya!" peringat Raka dengan suara serak—sehabis menangis.
"Eh i-iya saya n,ngantuk banget mas, semalaman gak tidur kemarin" balas supir taksi itu sambil menguap.
"Bang jangan Sambil ngantuk gitu nyetirnya bahaya loh" Ucap Raka seraya menepuk pundak supir taksi itu satu kali lagi.
Supir tersebut hanya terdiam sebelum akhirnya matanya tertutup karena saking mengantuknya, waktu sudah menunjukan pukul 23.00.
"Bang bangun" Raka menggucangkan pelan tubuh supir taksi itu berniat membangunkannya.
Namun tak ada sahutan sedikitpun dari supir tersebut membuat mobil yang dikendarainya oleng seketika.
"Bang awas didepan ada orang!!!"
Suara klason dibunyikan.
Supir taksi tersebut sadar kemudian membelokan mobilnya ketika ada seseorang yang tiba tiba muncul dihadapannya, sesaat mobil tersebut oleng dan jatuh ke jurang.
•••••
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Raka [Selesai]
Teen FictionTak ada yang lebih penting bagi Raka selain seorang gadis bernama Nadira, Raka bahkan sudah lelah mengejar cinta Nadira yang tak kunjung dibalasan, Nadira malah lebih memilih adik Raka sendiri, hal yang membuat luka baru yang tak kunjung usai. Raka...