Chapter 37 | Tusukan

233 23 0
                                    


Tanpa bertanya kepada Rudi dan Melinda kini Raka telah mengetahui semuanya, mengetahui fakta bahwa dirinya bukan anak kandung dikeluarga ini, sekarang Raka tahu ada alasan kenapa mereka membenci Raka.

Ditempat meja makan Raka hanya diam, kali ini inka mengajak Raka sarapan pagi bersama Mama papa dan Arsaka, walaupun hanya ekspresi kebencian yang mereka tampakan.

Sekarang Raka mengerti dan sadar diri- memandang kedua orang paruh baya yang ternyata bukan orang tuanya.

"Aku berangkat dulu" pamit Raka ketika hanya menyuapkan satu roti yang nya dimakan satu gigitan.

Rudi dan Melinda masih tidak peduli, Raka menghela napas berat menggelengkan kepala nya.

"Aku tahu kalian benci aku tapi gak gini juga" Lontar Raka dengan suara sedikit keras membuat Arsaka dan lain nya keheranan.

Rudi berdecak sebal, pria paruh baya itu kemudian mematikan pomselnya sejenak.

Prangg

Satu lemparan piring yang ia lemparkan tidak mengenai Raka dan terjatuh kelantai tak berbentuk.

"YANG SOPAN KAMU SAMA ORANG TUA!!" suara Rudi lebih meninggi.

Raka tertawa sumbang kini mata nya menatap Arsaka dengan tajam kemudian.

Brukk

Raka menendang kursi yang Arsaka sedang duduki membuat Arsaka seketika terjatuh ke samping dibawah.

"APA APAAN LU SETAN" Sentak Arsaka tak percaya dengan apa yang Raka lakukan beberapa detik yang lalu.

"Raka!!! Kamu gila hahh!!" Rudi semakin bingung dengan tingkah Raka.

Melinda membulatkan matanya ketika melihat Arsaka terjatuh, hampir saja melayangkan tamparan tapi kali ini dengan sigap raka menahannya.

"Hebat, makin ngelunjak kamu" Sinis Melinda sambil membantu Arsaka berdiri dari posisi nya.

Kini Rudi sangat marah, napas nya naik turun tak beraturan, Rudi sama dengan Arsaka pemarah dan sangat gampang terpancing oleh emosi.

Plak

Satu tamparan yang sangat teramat keras melayang di pipi Raka, membuat pria itu wajahnya tertoleh kesamping menyisakan bekas merah yang sangat tertampak.

"ANAK GAK TAHU DIRI!!" Rudi semakin mendekat ke arah Raka kini jarak keduanya sangat tipis.

Rudi menendang perut Raka sangat keras dengan sepatu kantornya, membuat Raka terjatuh bahkan merintih kesakitan.

"Udah berani kamu sama papa?" Tanya Rudi masih dengan ekspresi marah dan napas memburu seperti ingin memangsa manusia yang ada dihadapannya.

Raka menggeleng kuat memandang Rudi dan Melinda bergantian.

"Sekarang aku tahu kalau kalian bukan orang tua kandung aku, pantes aja selama ini kalian gak pernah suka apalagi sayang sama aku" ucap Raka sembari tertawa sumbang.

"SYUKUR KALAU LU UDAH TAHU CK" Arsaka berdecak sebal.

Melinda memandang Raka dengan mata melotot seketika melirik Inka, Melinda yakin pasti inka yang memberi tahu Raka.

"Anak gak tahu diri kamu!!!!" Geram Melinda.

"DAN LIAT ANAK KALIAN BERDUA - ARSAKA SAMA BRENGSEKNYA KAYA PAPA!!" Ucap Raka menekankan di kalimat 'Brengsek'.

"Udah berani kamu bilang saya brengsek" Rudi menendang Raka sekali lagi lebih keras tidak main main.

"Lu permainin Nadira, bajingan dan lu selingkuh sama sepupunya dimana otak lu" Raka semakin geram melihat tinggah laku Arsaka.

"LU GAK LEBIH DARI SEORANG BRENGSEKK!!" Tekan Raka memperjelas kalimatnya.

Arsaka semakin marah hampir ingin meninju Raka yang sekarang sedang terbaring di lantai namun dengan sigap Inka menahannya.

"Lepasin gue inka"

"Kak sadar kak" ucap inka kepada Arsaka.

Arsaka berontak membuat dirinya terlepas dari cengkraman Inka.

Mata Arsaka kini berkeliaran kesana kemari mencari sesuatu untuk membalas Raka.

Arsaka mengambil pisau dimeja makan yang selalu di gunakan untuk mengupas buah buahan kemudian.

Tanpa sadar Arsaka menusukannya pada perut Raka.

Raka mematung seketika.

Membulatkan matanya lebar.

Kini rasa sakit mulai terasa.

"KAK RAKA!" Inka membulatkan matanya melihat Arsaka tidak percaya se keji itu.

"Gila kamu kak" ucap inka sembari menangis hebat.

Melinda dan rudi dibuat kaget ketika darah segar mulai menembus seragam Raka.

Darah segar keluar dari perut Raka diiringi Jeritan dan tangisan inka.

Darah segar bercecer di lantai melinda menutup mata.

Plak

Rudi dengan sigap menampar Arsaka, tidak pernah sangka se keji ini sosok anak yang selama ini begitu ia banggakan.

"KAMU GILA HAH!!"

"SAKA KAMU BISA DI PENJARA"

Rudi mengambil pisau yang masih tertusuk itu dengan hati hati.

Kemudian kesadaran Raka terenggut.

----

Diary Raka [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang