Seminggu sudah berlalu setelah Raka pergi.Nadira hanya terdiam sambil memandang langit langit kamarnya, perasaan sesak datang begitu saja.
Tak ada lagi Raka, tak ada lagi senyuman milik laki laki itu, hanya ada sebuah kenangan yang terukir dalam sanubarinya.
Nadira tersadar dari lamunannya, lantas ia menggengam sebuah diary yang Nadira ambil beberapa hari setelah kematian Raka.
Ia juga menggenggam sebuah kalung pemberian Raka di hari terakhir sebelum kepergiannya.
Ia membuka diary itu, kini matanya mulai membasah ketika membaca lembaran pertama tentang dirinya.
Nadira Cantik, aku suka.
Tapi aku sadar posisi kok.
Kamu adalah milik Arsaka.
Dan akan tetap milik dia.Aku akan menunggu kamu meski itu ribuan bahkan jutaan tahun lagi, supaya kamu tahu, aku begitu mencintaimu Nadira.
Air matanya membasahi diary itu, lantas ia tak sanggup lagi membacanya, gadis itu menutup diary itu perlahan, seketika hatinya terasa begitu sesak.
Laki laki yang dulu ia benci, kenapa rasa kehilangan semenyakitkan ini?
"Aku rindu kamu Raka" tangisan itu terus mengiringi malam yang rasanya kelabu ini, ia sangat merindukan kehadiran Raka.
Lantas ia teringat ucapan Raka sebelum kepergiannya.
"Aku disini nad, aku gak akan pernah pergi dari kamu"
Air mata nadira sudah kering rasanya,
Apalagi ketika memikirkan semua kenangannya dengan Raka dibawah hujan.Tok tok!
Jendela kamar Nadira diketuk dua kali membuat gadis itu tersadar dari lamunannya, lantas ia melangkahkan kakinya menuju jendela kamarnya.
"Arsaka?" Nadira melihat Arsaka berada disana, tangisan gadis itu kembali pecah, sebelum akhirnya Arsaka memeluk tubuh gadis itu.
Pelukan penuh luka, pelukan penuh rasa sakit, pelukan penuh tangis.
Raka pergi meninggalkan jejak luka dan rasa kehilangan pada orang orang yang dulu membencinya.
"Aku mau ketemu Raka" Suara Nadira terdengar begitu memilukan dipelukan Arsaka, lantas pria itu mengelus lembut rambut Nadira.
Hanya ada suara tangisan dipelukan Arsaka, sebelum akhirnya tangisan itu lenyap tak bersuara, terkecuali suara rintik hujan Yang seolah mengiringi pelukan penuh luka itu.
"Kamu tenang ada aku disini" Ucap Arsaka menenangkan Nadira, perasaan sesak kembali Arsaka rasakan.
Ada segudang penyesalan tentang dirinya, tentang semua prilaku yang ia lakukan dulu kepada Raka.
"Udah jangan nangis, Raka udah tenang disana"
Pelukan itu semakin erat, nadira menumpahkan tangisannya dipelukan Arsaka.
"Raka nitip ini buat kamu" Ucap Arsaka membuat Nadira melepas pelukan itu, sebelum akhirnya kedua matanya membinar melihat sesuatu yang disodorkan Arsaka dari Raka sebelum kepergiannya.
Sebuah Boneka berwarna pink yang lucu dan sebuah surat yang diselipkan di gantungan boneka itu.
Nadira mengulurkan tangannya, kemudian mengambil boneka yang dibeli raka beberapa hari sebelum kepergiannya.
Ada note disana.
Untuk Nadira, semoga kamu suka ya bonekanya, walaupun harganya gak mahal tapi aku mau ini adalah sesuatu yang kamu anggap sangat berarti.
"Raka aku akan selalu merindukanmu, dan maaf ada luka yang sudah banyak aku berikan" Nadira kembali terisak matanya sudah cukup bengkak karena terus menangis tanpa henti.
Tanpa sadar Arsaka menghapus jejak air mata menyakitkan itu, lalu memeluknya kembali kedalam dekapan hangatnya.
Pelukan yang membuat gadis itu tenang.
Sebuah pelukan yang ia rindukan dari Raka kini sedikit terobati oleh Arsaka.
"Aku disini, kamu jangan pernah ngerasa sendirian, karena"
Ada jeda disela sela kalimatnya, kemudian menghela napas panjang sembari memberikan tatapan teduh pada gadis itu.
"Aku mencintaimu Nadira, sangat."
Nadira masih menangis dipelukan hangat Arsaka kemudian kalimat yang arsaka lontarkan membuat dirinya terdiam.
"Selamat tinggal luka, selamat tinggal"
Makasih yang udah baca kita sudah berada di penghujung bab, ada yang mau disampein sama.
Nadira?
Arsaka?
Raka?
-Selamat Jalan luka, aku akan terus merindukan Luka itu.
~Diary Raka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Raka [Selesai]
Teen FictionTak ada yang lebih penting bagi Raka selain seorang gadis bernama Nadira, Raka bahkan sudah lelah mengejar cinta Nadira yang tak kunjung dibalasan, Nadira malah lebih memilih adik Raka sendiri, hal yang membuat luka baru yang tak kunjung usai. Raka...