Alaric - 17

43 25 69
                                    

Alaric berjalan santai di sepanjang koridor kelas 12. Tas nya disampirkan di bahu, tangan kirinya ia masukan disaku celana, sedangkan tangan kananya ia gunakan untuk menyugar rambut agar terlihat rapi. Beberapa kali ia juga menampilkan senyuman kepada orang-orang yang menyapanya, senyum manis Alaric sukses membuat kaum hawa yang menyaksikannya meleleh seketika.

Sudah hampir tiga tahun pesonanya memang tidak tertandingi, wajah blasteran Indo-German, rahang yang tegas, apalagi senyum manis yang menampilkan lesung pipinya. Selain itu, otak jenius yang beberapa kali menang olmpiade dan peringkat paralel satu sukses membuatnya memiliki julukan sebagai Si otak einstein. Alaric juga menjadi murid kesayangan guru karena sifatnya yang ramah dan sopan kepada semua orang.

"Brother, Tungguin woi!" Seruan seseorang menghentikan langkah Alaric, siapa lagi jika bukan Abizhar, sosok yang selalu menyapanya dengan panggilan brother.

Abizhar menepuk bahu Alaric, "Sayang sekali bro tahun ini kita nggak sekelas" ucapnya kecewa.

"Emang Lo kelas mana sih?" Tanya Alaric heran

"Kelas 12 MIPA 2," jawabnya santai, " lah, tumben Agam sama Daniel ga bareng Lo?" Tanya Abizhar heran sambil celingak-celinguk, karena dua curut itu sering sekali minta tumpangan berangkat sekolah pada Alaric.

Alaric berdecak, "Ck! Palingan juga kesiangan, Males gue kasih tumpangan salah sendiri kemarin malam mabuk"

Abizhar mengelus dadanya, " Astagfirullah, bisa-bisanya h-1 masuk sekolah disempat-sempatin main ke club"

Alaric mengedikkan bahunya, "biasalah" jawabnya acuh.

Alaric dan Abizhar melanjutkan percakapan mereka sembari berjalan menuju kelas. Tak lama, mereka sudah sampai di depan kelas masing-masing. Alaric memasuki kelas 12 MIPA 1, sepasang matanya sibuk bergerilya mencari tiga tempat duduk yang kosong untuk dirinya, Agam,dan Daniel.

Waktu hampir menunjukan pukul tujuh dan sesuai dugaan Alaric, dua teman curutnya itu baru saja masuk kelas dengan tergesa-gesa.

Hosh..hosh..

"Tega banget loh ninggalin kita" celetuk Agam ngos-ngosoan. Daniel mengangguk setuju, ia tidak kuat berceloteh karena tenaganya habis dibuat lari -larian.

Alaric menahan senyum ketika melihat dua temanya datang dengan tampilan yang berantakan

"Minum dulu nih" Ucap Alaric sambil memberikan sebotol air.

" Thank's bro"

Tiba-tiba celetukan seorang gadis membuat Agam dan Daniel tersedak

"Woi! Ngaku, siapa yang bau alkohol!"Celetuk Fira, " gue aduin lo ke guru" tambahnya sambil mengendus-endus.

Fara mendekati Agam dan Daniel, hidungnya mengendus dan mencium bau alkohol yang semakin lekat. Alis nya terangkat , menatap Agam dan Danel penuh selidik.

"Hayo ngaku! kalian berdua kan yang bau alkohol" Matanya memicing curiga

I'm dead!

Oh shit man

Dengan kompak mereka mengatupkan kedua tangan di dada, memohon kepada Fira agar tidak di adukan pada guru.

"Please! Jangan aduin. Hm, gue traktir di kantin sepuasnya deh" Mohon Agam. Oh Lord, hari pertama masuk ia tak ingin di hukum.

Fira menggelengkan kepala sambil menggoyangkan jari telunjuknya, "no no no" gumamnya.

Daniel mendekat, "Gue kasih nomornya prince Alaric tapi jangan lo aduin kita berdua" bisiknya, Fira mengangguk penuh semangat dan pipinya merah merona.

ILY 4906 MilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang