Tidak terasa aja sekarang kandungan chenle sudah berusia hampir enam bulan.
"Jisung~"
"Iya sayang."
"Belakang ku pegal." ujar chenle sembari sedikit memijit-mijit pundak nya.
"Biar aku yang mijit ya?"
Chenle mengangguk.
"Jisung~"
"Hmm?"
"Bisa gak kamu masakin aku tteobokki. Aku pengen banget~" ujar chenle dengan suara manja nya. Mana kuat jisung mau nolak.
"Bisa aja kok sayang." jawab Jisung sembari masih memijat punggung belakang istrinya.
"Aku haus jisung~"
"Bentar ya aku bikin susu buat kamu."
"Jisung~"
Tut.. Tut..
"Halo sayang."
"Mom? Ada apa telepon lele?" soal chenle yang ngambek. Iya, udah lebih empat bulan sejak dia pergi dari rumah dan sekarang baru mommy nya mencari dia.
"Maaf sayang, soal nya daddy melarang mommy dari berhubung sama Lele."
"Daddy masih marah sama Lele ya mom?"
"Bukan gitu sayang, cuman-"
"Gak papa mom, Lele ngerti. Lele emang anak gak berguna buat mom sama dad."
"Sayang jangan ngomong kek gitu dong. Lele tetap anak mommy sama daddy sampai kapan pun. Mommy kangen banget sama Lele. Lele apa khabar? Kandungan nya gimana? Apa suami Lele menjaga Lele dengan baik?"
"Lele baik mom, bayi juga baik-baik aja. Mommy gak usah khawatir, jisung menjaga Lele dengan baik."
"Lele bohong kan? Lele gak bisa hidup sama suami Lele kan?"
"Gak mom, Lele bisa. Bukti nya sampai sekarang Lele masih hidup."
"Sayang~nih susu nya." chenle cepat-cepat meletakkan hp nya setelah mematikan talian.
"Siapa barusan?"
"Mommy."
"Oh, mommy ngomong apa?"
"Mommy bilang kangen sama aku."
"Terus sayang mau ketemu mommy?"
"Gak dulu, soal nya daddy masih marah sama aku."
Jisung langsung memeluk chenle, mengelus surai belakang istri nya lembut.
"Sayang sabar ya.. Nanti juga daddy pasti bisa terima semua ini. Mungkin daddy butuh waktu buat terima semua nya. Nih aku buatin susu spesial buat sayang, kamu minum dulu ya?"
Chenle mengangguk.
...
"Aduh, lapar~" Akhir-akhir ini chenle sering lapar deh kek nya.
Dia mencapai sebungkus mi segera di atas lemari.
'Dikit lagi.. Yea-arghhhh!'
"Sayang!" Dengan sigap jisung menyambut chenle yang hampir terjatuh dari kursi.
"Sayang gak papa?" soal jisung saat chenle udah berada dalam dekapan nya.
Chenle sedikit mengangguk.
"Sayang mau apa?"
"Aku lapar sung.."
"Kenapa gak bangunin aku? Kalau jadi apa-apa pada kamu sama bayi kita gimana?"
"Aku gamau ganggu kamu, hikss.."
"Loh kok nangis? Hmm?"
"Kamu marahin aku, hikss.." ujar chenle sembari menghapus air mata nya yang turun dengan telapak tangan. Padahal jisung barusan ngomong nya lembut banget loh.
"Sayang, aku gak marah kok. Kan aku nanya. Aku cuman gamau kamu kenapa-napa. Udah jangan nangis lagi ya?" ujar jisung lembut sembari mengelus kedua pipi gembil chenle.
"Kamu mau makan?"
Chenle mengangguk lucu.
"Oke, bentar ya aku masak. Ramyeon gak baik buat bumil. Aku bikin yang lain aja ya?"
"Oke." ujar chenle yang menurut. Padahal dia pengen banget mau makan ramyeon itu.
.
.
."Makan perlahan sayang." ujar Jisung sembari mengelap bibir chenle.
.
.
."Yuk tidur lagi ya?" Jisung membenarkan selimut yang menutupi mereka berdua.
"Jisung.."
"Hmm?"
"Mmm, gak ada apa-apa."
"Benaran? "
Chenle mengangguk.
"Yakin gamau ngomong?"
Chenle mengangguk lagi.
"Ya udah tidur ya."
"Aduh!"
"Kenapa sayang?!" kaget jisung saat chenle malah memegang perut nya.
"Kek nya dedek bayi nendang." ujar chenle lagi.
Langsung jisung mengusap lembut perut istri nya yang udah kelihatan.
"Dedek bayi jangan nakal-nakal ya? Kasian mommy, ya sayang? " ujar Jisung seperti dia sedang berbicara dengan si bayi.
Chenle menatap jisung yang sedang berinteraksi sama anak mereka. Terharu. Iya, itu perasaan nya saat ini. Dia cuman melihat jisung yang lagi mengelus sesekali mengecup perut nya.
" Ntar kamu udah gede, kita main sepak bola ya? Sihat-sihat selalu sayang." begitu lah jisung yang masih lagi mengobrol sama anak mereka.
"Udah nyaman sayang?"
Chenle yang sedari tadi menatap lekat jisung sedikit kaget.
"Bayi masih nendang?"
"Oh g-gak, yuk tidur."
Jisung mengukir senyum kemudian mengecup jidat chenle sekilas sebelum tidur.
Bersambung~
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA
Fanfiction'Bukan aku ga tau kalau kau ga mencintai ku, tapi aku hanya belum bisa melupakan mu.' 'Aku ga berharap kau membalas cinta ku, cukup jangan membenci ku.' 'Mencintai mu tiba-tiba, kehilangan mu juga tiba-tiba.' 'Maafkan aku karena terlalu mencintai mu...