Chapter 10

330 55 5
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***


Makan malam kali ini di kediaman keluarga Kaila terasa sangat ramai, itu dikarenakan teman-teman Kaila turut hadir, tak lupa pula Dimas juga ikut dengan Jeffrey, sehingga mereka harus duduk melantai di ruang tengah berlapiskan karpet agar bokong tidak terasa dingin. Sejak Mora dan Mahendra bertemu dengan Dimas, mereka bertiga suka sekali bercanda ditambah Ayah Kaila pun ikut menimpali segala candaannya.

Situasi Bunda saat ini benar-benar bahagia, sudah lama ia tak merasakan keramaian seperti sekarang di rumahnya. Ia tak bisa menebak kapan lagi ia menikmati euphoria ini, entahlah, kedua anaknya selain Kaila belum memiliki tanda-tanda kalau ingin menyusul Kaila. Terlebih Aruna, dia masih ingin fokus kuliah, sedangkan Taksa sibuk dengan pekerjaannya di kantor membantu sang Ayah.


"Oh iya, lo tahu enggak sih kak, Dim, kalau ada orang yang kelihatannya enggak kerja malah bisa belanja sepuasnya? Tetangga aku kemarin gitu, baru aja beli AC sama kulkas. Gila, dia dapat duit darimana, ya?" ujar Mora dengan kehebohannya.


Dengan gerakan cepat Mahendra menyumpal mulut Mora menggunakan roti bekas gigitannya, dan terus memperingatkan untuk jaga image didepan calon keluarga Kaila, terlebih ini adalah pertemuan pertama mereka malah sudah memberikan kesan buruk. Jangan sampai Mahendra mendapatkan predikat buruk di mata Dimas karena kelakuan Mora.


"Tetangga kamu yang beli AC sama kulkas, kok malah kamu yang kedinginan sih?" gerutu Mahendra sembari menyentil kening Mora.

"Udah tabiat manusia sih, Dra, mau tahu segala hal, terkadang Ayah juga gitu kok. Gapapa, Mora, lanjutkan saja." timpal Ayah Kaila.


Bertambah pula pihak Mora hingga gadis itu memamerkan senyum kemenangannya, sedangkan Mahendra berdecak kesal dan kembali melempari Mora menggunakan kentang gorengnya. Suasana semakin ramai karena mereka asyik bercerita satu sama lain, bermain game dan lain sebagainya.

Ayah dan Bunda Kaila pamit undur diri, membiarkan anak-anak muda dengan dunianya masing-masing, memberi mereka ruang untuk sedikit bebas, contohnya ingin melontarkan umpatan namun enggak karena ada kedua orangtua Kaila. Mereka pernah muda juga, jadi mereka tahu bagaimana rasanya kebebasan itu.


"Sayang banget, ya, enggak ada kak Johnny. Pasti kalau ada dia, makin rame," kata Mora.

"Dih, bilang aja kalau kak Mora kangen sama kak Johnny," sindir Aruna.

"Tenang aja, Ra, Johnny udah on the way ke sini kok. Jadi, rasa kangen kamu bakal musnah. Puas-puasin deh peluk Johnny entar," timpal Taksa.


Spontan Mora mengerucutkan bibirnya, kesal atas ejekan itu yang dilontarkan untuknya. Bukan rahasia lagi kalau Mora menaruh perasaan lebih pada Johnny, bahkan Johnny sendiri sudah tahu segalanya, tapi sang pihak pria menolaknya dengan alasan butuh waktu untuk saling mengenal. Yang itu berarti Mora diberi lampu hijau, ia masih mempunyai kesempatan agar bisa bersama Johnny.


Jung Jaehyun : Kamu, Aku dan Cerita Kita [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang