MARVEL (25)

1.8K 175 5
                                    

"Keren banget lo bawa motornya, kayak pembalap profesional kelas atas!" Tawa Gresha terdengar, menepuk tangan heboh dengan mata menyipit akibat tertawa.

Ucup yang berada di boncengan Dominic segera turun dan berlari ke arah yang asal, cowok itu muntah muntah akibat perjalanan maut tadi. Sialan! Perutnya terasa mual, kram, dan terasa di aduk aduk. Sedangkan Jupiter tertawa terbahak di atas motor Kawasaki ninja nya, merasa puas dengan apa yang terjadi menimpa sohib nya itu.

"Biasa aja." Tanpa rasa bersalah Dominic turun dari motor hitam besar miliknya. Duduk bersandar di body motor, Dominic terkekeh melihat Ucup yang duduk berjongkok sembari memukul perutnya.

Gresha berdecak kagum, Dominic terlihat sangat keren dengan balutan kaus distro dan juga celana Levis nya. Belum lagi, tadi, cara Dominic memarkirkan motor besar itu di depan rumah Gresha, di halamannya. Itu sangat keren, dan Gresha akui semua itu. Namun ke kerenan Dominic harus pupus saat mendengar teriakkan Ucup.

"Nic bangsat! Sini, hueekkkk!!!!!" Ucup kembali memuntahkan isi perutnya.

Gresha, Dominic dan juga Jupiter menghampiri Ucup karena merasa kasihan dengan keadaan pemuda itu setelah di ajak kebut kebutan di jalan raya. Gresha bergerak membantu mengurut tengkuk leher pemuda itu, agar Ucup lebih leluasa untuk memuntahkan segalanya, jika bisa hutang negara pun harus keluar lunas.

"Huh! Lemes banget gue, Nic? Lo gila? Gue hampir mati gara gara di bonceng lo!" Omel Ucup dengan mata sayu nya, Ucup bahkan sudah berkeringat, banjir.

Ucup berdiri di bantu dengan Gresha. "Masuk dulu, gue buatin teh anget buat lo." Kata Gresha dan di angguki oleh Ucup.

"Gue tandain lo, Nic." Kata Ucup tajam. Untuk hari ini, Ucup melabeli jika hari ini adalah hari tersialnya, motor Dominic yang hampir menabrak truk tronton dan menyalip dengan cara ugal ugalan hampir membuat seluruh nyawa Ucup melayang.

****

"Gimana sekolah kamu? Nilai kamu gimana? Turun atau makin rendah?"

Marvel berdecak, papa nya ini terdengar sangat merendahkan harga diri dari sisi kejantanan nya. Dia merasa di permalukan sekarang ini. "Maksud papa apa ya? Nilai Marvel baik baik aja, kemarin guru Marvel bahkan muji muji Marvel saking nilai nya bagus." Marvel menepuk dada nya sombong dan menjilat jempol nya sekilas dan beralih menggosok alis nya.

"Iuwwww, bau jigong." Komentar Deral pedas sembari mengeryit jijik.

"Orang sirik mah gitu, biasa." Balas Marvel tak mau kalah.

"Vel?" Panggil mama nya.

Marvel menghela napas. "Naik nol koma mah, ada kemajuan kan?" Marvel menunjukkan deretan giginya, merasa tak bersalah setelah mengatakan kalimat itu.

"Pujian guru?" Tanya Tulus, sang papa dengan menatap Marvel.

Marvel mengangguk tanpa beban. "Kata nya Bu Suci, nilai Marvel tambah bagus, merah nya kurang satu, yang tadinya pake tinta merah, jadi pake tinta biru." Jelas Marvel mengingat ingat apa saja yang di utarakan sang guru di sekolah.

Deral yang merasa lelah memilih menepuk jidatnya, kakaknya ini idiot atau gimana? "Terus lo seneng, bang?" Tanya Deral dengan wajah yang sangat ketara di paksakan.

Marvel melirik Deral sepintas sebelum mengusap rambut nya itu. "Bangga lah."

"Serah lo!"

Sweet Promises (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang