Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya Diva memutuskan menerima semua risiko yang harus ia hadapi dengan menikahi Ali. Ia merasa, ia berhak mencecap bahagianya bersama orang yangg ia cintai. Apapun prahara yang nanti akan ia hadapi, ia yakin bisa melalui bersama Ali.
Akhirnya, hari bahagia itu tiba. Dengan sederhana,mereka melangsungkan pernikahan. Itu adalah hari paling bahagia bagi Ali dan Diva. Hari dimana mereka mengikrarkan janji suci. Banyak mata berkaca-kaca menyaksikan pernikahan ini. Terlebih mereka yang tahu kisah rumit cinta mereka. Mereka hidup dengan bahagia. Di rumah kecil sederhana. Bayi Sasa tumbuh dengan cepat dan menggemaskan. Mendapatkan curahan kasih sayang dari Ali dan Diva. Mereka bergantian bahu membahu menjaga dan mendampingi tumbuh kembang bayi Sasa.
Tidak pernah terucap sedikitpun tentang masa lalu mereka. Karir Ali semakin bagus, juga usaha kue Diva berkembang pesat. Sudah membuka cabang di beberapa kota terdekat. Bisa dibilang inilah saat keemasan mereka. Hidup penuh cinta juga cukup harta benda.
Namun disaat seperti ini perlu diwaspadai. Saat semuanya terlihat baik-baik saja, ternyata Tuhan sedang menyiapkan kejutanNya. Sore itu, Ali beranjak dari meja kerjanya dengan perasaan gembira. Sebuah pesan yang ia terima dari Diva membuat hatinya bergetar. Ada perasaan bahagia yang membuncah dalam dirinya. Ia bergegas meninggalkan kantornya dan menyerang jalan menuju toko bunga depan kantor. Membeli seikat bunga krisan kesukaan istrinya. Ia membayangkan sesampainya dirumah memeluk istrinya yang barangkali bau bawang karena sedang menyiapkan makan malam atau dengan bau bedak bayi karena seberes berkutat dengan si kecil Sasa. Dan menyaksikan wajah berbinar istrinya setiap menatap bunga krisan. Ah Ali tidak sabar ingin segera sampai rumah.
Di tengah jalan yang cukup sepi, Ali melihat dua orang sedang berkutat dengan sepeda motor di bahu jalan. Hatinya berbisik meminta ia membantu. Ia ingin mengacuhkan saja karena ingin segera sampai di rumah. Namun ia memutusan menghentikan mobilnya didekat dua orang itu. Ali turun dan bertanya.
"Motornya kenapa, Pak?"
Tanpa menjawab dua orang itu seketika meninju dan melukai Ali. Ali jatuh terhuyung tanpa perlawanan. Salah satu dari mereka merebut kunci mobil dari tangan kanan Ali dan melompat ke dalam mobil. Menginjak pedal gas dan meninggalkan Ali terkapar di tepi jalan. Disusul satu orang lainnya dengan mengendarai seperda motor. Ali berusaha bangkit hendak memungut seikat bunga krisan yang tadi sempat dilemparkan oleh orang itu. Dengan susah payah ia berhasil merengkuh seikat krisan putih yang perlahan memerah terkena darah Ali.
Sebelum ia benar benar kehilangan kesadaran, ia teringat pesan singkat istrinya.
Sayang, ada kehidupan baru dalam rahimku
Yang diikuti sebuah foto test pack dengan dua garis merah.
"Maafkan Ayah, Nak. Maafkan aku Diva" bisiknya seraya memeluk krisan itu.
Dan kesadaran sepenuhnya terenggut dari tubuh Ali.
Sementara itu, Diva jatuh terduduk setelah terkejut karena menjatuhkan sebuah piring ketika mencuci piring. Bi Iyem yang baru saja usai menunaikan sholat maghrib datang tergopoh-gopoh dan mendapati wajah Diva sepucat pasi. Juga si kecil Sasa yang biasanya ribut, terdiam dan merangkak mendekati Diva kemudian memeluk kakinya.
Bi iyem bergegas membersikaan pecahan piring. Diva menggendong Sasa sambil mencoba menelfon suaminya. Tersambung namun tidak ada jawaban. Sasa menatap Diva dengan resah. Seperti hendak menangis tapi si kecil seolah tau bahwa Diva juga sedang gelisah. Telefon rumah berdering. Diva mengangkatnya dan terkejut mendengar apa yang disampaikan orang di seberang sana. Air matanya mengalir menuruni pipi. Sasa kecil menangis demi melihat perubahan wajah dan tangis Diva. Bi iyem dengan sigap mengabil Sasa dari gendongan diva dan berusaha menenangkannya.
"Bi Iyem, ambil beberapa perlengkapan Sasa! Kita ke rumah sakit sekarang!" instruksinya kepada Bi Iyem.
Dengan tetap sambil menggendong sasa Bi Iyem menyiapkan perlengkaapan Sasa. Diva mengambil ponselnya dan memesan taksi online. Terlalu berbahaya baginya untuk menyetir sendiri.
"Ayok Bi" ucap Diva sambil mengambil alih Sasa dan membiarkan Bi Iyem mengunci pintu dan Pintu gerbang.
Kepala Bi Iyem dipenuhi tanda tanya. Hanya saja ia tidak mau bertanya. Dia hanya tahu pasti terjadi sesuatu dengan Ali.
Semua pertanyaan itu terjawab saat sampai dirumah sakit. Dokter sedang berkutat dengan Ali di ruangan operasi. Mereka duduk di ruang tunggu dengan harap-harap cemas. Meluncurkan untaian doa terbaik untuk Ali. Bi Iyem mengirimkan pesan kepada keluarga Ali dan Diva tanpa sepengetahuan Diva. Kemudian wanita paduh baya yang sudah seperti ibu bagi Diva itu memeluk Diva. Memberikan sedikit suntikan energi. Ia juga salah satu saksi kisah sedih yang dilakui Diva. Sungguh ia tak tega menyaksikan Diva kembali berduka.
Sasa yang jatuh tertidur terbangun ketika dokter keluar dari ruang operasi dan Ali dipindahkan ke ruang rawat. Mereka mengikuti ke ruang rawat. Beberapa perawat yang membawa Ali akhirnya meninggalkan mereka. Lirih Diva sempat mengucapkan terima kasih. Lantas duduk mengenggam jemari Ali yang pucat. Sasa merengek di pangkuan Diva ingin digendong Ayahnya seperti biasa setiap Ali pulang kerja.
Bi iyem berinisiatif hendak mengambil Sasa, tapi dengan isyarat Diva menolak. Bi iyem keluar dari ruangan. Tidak sanggup lagi harus melihat pasangan itu menderita. Dengan sedikit terisak, Diva mencoba berbicara dengan Ali yang tertidur pulas.Sesekali disela dengan Sasa yang mulai bisa mengucap satu suku kata, "Pa".
***
Ali membuka mata pukul 3 dini hari dan merasa ada sesuatu yang menindih lengannya. Ia mendapati Diva yang tertidur dilengannya. Ah kali ini ia salah, Diva tidak bau bawang ataupun bedak bayi. Tapi aroma vanila, parfum kesukaan Diva. Wajahnya penuh gurat kelelahan dan kecemasan. Ali dengan masih lemah berusaha mengelus rambut istrinya. Sakit yang ia rasa, tapi ia tak peduli.
"Maafkan aku, Diva. Belum mampu mengukir bahagiamu seperti yang kujanjikan. " bisiknya parau.
Ali teringat seikat krisan putih untuk istrinya. Tiba-tiba lesu karena ia pikir bunga itu sudah entah dimana. Namun ia terkejut mendapati seikat krisan putih di meja samping ranjangnya. Ia berusaha mengambilnya. Tapi justru membuat Diva terbangun. "Aali," bisiknya sambil mengucap syukur dan memeluk orang yg paling dicintainya itu.
"Apa kabarmu? Juga kabar si kecil dalam perutmu?" tanya Ali.
"Bohong jika kubilang aku baik-baik saja. Tapi jangan khawatir, aku dan dia cukup tangguh untuk menghadapi kejamnya dunia ini, " jawab Diva.
"Aku tadinya membawakanmu seikat bung krisan favoritmu dan kupikir dia sudah hancur di tepi jalan itu. Tapi lihatlah, dia ada di meja itu." ucap Ali.
Binar bahagia muncul di mata Diva meski ada kesedihan yang mengintip dari balik matanya. "Terima kasih, Sayang. " ucapnya sambil mendaratkan kecupan manis di pipi Ali.
***
Pada sebuah senja, semburat jingga dilangit menghiasi. Dua manusia bercengkrama sambil menatap cakrawala.
"Terima kasih sudah bersedia menemaniku," ucap Ali pada wanitanya.
Diva tersenyum. "Terima kasih atas bahagia yang kau janjikan."
Ali mengenggam jemari Diva. Mereka melepas mentari sore hari di peraduannya. Hidup mereka tentulah amat banyak sandungan, tapi lihatlah mereka bisa melaluinya bersama. Mereka juga bukan manusia yang sempurna, tapi bersama kini mereka saling menyempurnakan.
***
Ibukota, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Short StorySaya akan posting beberapa cerpen di Kumpulan Cerpen. Saya menerima kritik dan saran.. yaang mau vote juga silakan. Buat yang sudah menyempatkan membaca cerpen-cerpen saya, memberikan kritik, saran, dan vote terima kasih yaa.. ^_^