Cerpen 4 : Tembang Cinta

4.3K 44 1
                                    

"Kapan kamu mau menikah, Ali?" tanya ibu. Ali hanya menghela napas. Mulai jengah


dengan pertanyaan yang itu-itu saja.


"Pekerjaan sudah punya, calon juga sudah punya, apa lagi yang kamu tunggu? Ibu sudah


ingin menimang cucu," lanjut ibu.


Ali tersenyum, "doakan segera, Bu," ucapnya.


"Kamu kan tinggal pilih, Li. Mau menikah sama Sasa atau sama Diva, kalau ibu sih lebih


setuju kamu menikah dengan ..." suara ibunya menghilang dari pendengaran. Ia menerawang


kembali dengan pembicaaran bersama kekasihnya beberapa hari yang lalu.


Ali, laki-laki mapan yang bekerja di salah satu kantor asuransi di kotanya. Memiliki


penghasilan yang pasti dan penampilan yang oke. Umur sudah pantas untuk membina rumah


tangga. Namun apa masalahnya kenapa ia tidak juga segera menikah? Secara pribadi ali sudah siap


untuk membina sebuah rumah tangga hanya saja...


"Aku masih ingin mengembangkan usaha orang tuaku, Ali," jawab gadisnya ketika ia


sampaikan niatnya untuk menikahi gadis itu. "Bersabarlah, toh kita masih cukup muda untuk


membangun sebuah keluarga." Ia hanya memandangi gadisnya. Entah mengapa sudah sekian lama


ia mengenal dan menjadi kekasihnya tapi tetap saja selalu terpesona ketika memandangi gadis itu.


Ah, sejujurnya ia ingin segera meghalalkan gadis itu. Agar ia bisa leluasa merengkuhnya kedalam


pelukan. Namun ia hanya bisa mengangguk, "baiklah, aku akan menunggu."
Gadisnya mengelola bisnis milik orang tua. Dan gadisnya memiliki ambisi. Akan sangat


susah untuk menghentikan ambisinya. Ali sendiri sangat mendukung setiap kemauan si gadis


asalkan hal tersebut positif dan bermanfaat. Ia pikir tak ada salahnya menunggu gadis itu


membesarkan usaha itu. Ia juga merasa tidak perlu terburu-buru untuk menikah. Namun,


permintaan seorang ibu sulit untuk dibantah.


Maka dari itu ia kembali menemui gadisnya dan meyakinkannya sekali lagi untuk segera


menikah.


"Aku tidak akan melarangmu melanjutkan bisnis itu, Sayang. Aku janji!" katanya tulus.


gadis dengan mata bening itu terlihat berpikir. Sebelum akhirnya mengangguk. Menyetujui


permintaan pemuda di depannya itu. Mereka akan menikah.


Mereka mulai sibuk mempersiapkan pernikahan itu. keluarga menginginkan pernikahan


yang terbaik iuntuknya. Setiap detailnya diperhatikan. Sebenarnya ali tidak mau ambil pusing, tapi


ia mau tidak mau juga terlibat. Tapi semua itu ia jalani dengan senang hati. Ibunya juga tampak


lebih bahagia menyambut hari bahagia putranya. Hanya saja beberapa kali Ali memergoki ibunya


menatap gadisnya dengan pandangan kurang suka. Hal itu dapat segera ia tepis karena terbalut


dalam euphoria hari bahagia yang akan ia sambut.


****


Sasa tertegun mendapati alat tes kehamilan di tangan menunjukkan dua garis merah. Ia

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang