"Kapan kamu mau menikah, Ali?" tanya ibu. Ali hanya menghela napas. Mulai jengah
dengan pertanyaan yang itu-itu saja.
"Pekerjaan sudah punya, calon juga sudah punya, apa lagi yang kamu tunggu? Ibu sudah
ingin menimang cucu," lanjut ibu.
Ali tersenyum, "doakan segera, Bu," ucapnya.
"Kamu kan tinggal pilih, Li. Mau menikah sama Sasa atau sama Diva, kalau ibu sih lebih
setuju kamu menikah dengan ..." suara ibunya menghilang dari pendengaran. Ia menerawang
kembali dengan pembicaaran bersama kekasihnya beberapa hari yang lalu.
Ali, laki-laki mapan yang bekerja di salah satu kantor asuransi di kotanya. Memiliki
penghasilan yang pasti dan penampilan yang oke. Umur sudah pantas untuk membina rumah
tangga. Namun apa masalahnya kenapa ia tidak juga segera menikah? Secara pribadi ali sudah siap
untuk membina sebuah rumah tangga hanya saja...
"Aku masih ingin mengembangkan usaha orang tuaku, Ali," jawab gadisnya ketika ia
sampaikan niatnya untuk menikahi gadis itu. "Bersabarlah, toh kita masih cukup muda untuk
membangun sebuah keluarga." Ia hanya memandangi gadisnya. Entah mengapa sudah sekian lama
ia mengenal dan menjadi kekasihnya tapi tetap saja selalu terpesona ketika memandangi gadis itu.
Ah, sejujurnya ia ingin segera meghalalkan gadis itu. Agar ia bisa leluasa merengkuhnya kedalam
pelukan. Namun ia hanya bisa mengangguk, "baiklah, aku akan menunggu."
Gadisnya mengelola bisnis milik orang tua. Dan gadisnya memiliki ambisi. Akan sangat
susah untuk menghentikan ambisinya. Ali sendiri sangat mendukung setiap kemauan si gadis
asalkan hal tersebut positif dan bermanfaat. Ia pikir tak ada salahnya menunggu gadis itu
membesarkan usaha itu. Ia juga merasa tidak perlu terburu-buru untuk menikah. Namun,
permintaan seorang ibu sulit untuk dibantah.
Maka dari itu ia kembali menemui gadisnya dan meyakinkannya sekali lagi untuk segera
menikah.
"Aku tidak akan melarangmu melanjutkan bisnis itu, Sayang. Aku janji!" katanya tulus.
gadis dengan mata bening itu terlihat berpikir. Sebelum akhirnya mengangguk. Menyetujui
permintaan pemuda di depannya itu. Mereka akan menikah.
Mereka mulai sibuk mempersiapkan pernikahan itu. keluarga menginginkan pernikahan
yang terbaik iuntuknya. Setiap detailnya diperhatikan. Sebenarnya ali tidak mau ambil pusing, tapi
ia mau tidak mau juga terlibat. Tapi semua itu ia jalani dengan senang hati. Ibunya juga tampak
lebih bahagia menyambut hari bahagia putranya. Hanya saja beberapa kali Ali memergoki ibunya
menatap gadisnya dengan pandangan kurang suka. Hal itu dapat segera ia tepis karena terbalut
dalam euphoria hari bahagia yang akan ia sambut.
****
Sasa tertegun mendapati alat tes kehamilan di tangan menunjukkan dua garis merah. Ia
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen
Cerita PendekSaya akan posting beberapa cerpen di Kumpulan Cerpen. Saya menerima kritik dan saran.. yaang mau vote juga silakan. Buat yang sudah menyempatkan membaca cerpen-cerpen saya, memberikan kritik, saran, dan vote terima kasih yaa.. ^_^