Aku mengantarkan Sekretaris Huang pulang menuju rumahnya. Aku menengok ke arah sampingku di mana Sekretaris Huang duduk tepat di sampingku.
Dia terlihat murung dan tak bicara sama sekali. Kenapa?
"Hmm, Direktur Lee. Bisakah mampir ke toko pakaian dulu?" Ucapnya sambil menatapku. Akupun langsung mengiyakan dan mencari toko pakaian yang masih buka, sekitaran sini.
"Disana?" Tanyaku padanya. Dia hanya mengangguk mengiyakan. Kamipun turun dari mobil dan masuk ke dalam toko.
Dia terlihat ceria setelah keluar dari toko dengan pakaian barunya. Apa perempuan memang begitu? Belanja bisa merubah mood dalam sekejap.
"Ah, sekarang aku jadi lega." Ucapnya sambil tersenyum.
Kemudian kami memasuki mobil kembali dan melanjutkan perjalanan. Sampai di depan kediaman Renjun. Dia tak langsung turun dari mobil. Aku lantas mengkerutkan keningku. Ada apa?
"Kenapa?" Tanya kemudian. Dia hanya menghela nafasnya pelan.
"Tak adakah sesuatu yang ingin Direktur Lee ucapkan padaku?" Tanyanya sambil menatap ke dalam bola mataku. Ah, pasti kejadian semalam. Bagaimana ya, aku juga bingung harus mengatakannya.
"Apa itu sangat penting untukmu?" Ucapku kemudian.
"Tentu saja! Bagaimana jika aku melakukan kesalahan?! Tentu aku harus bertanggung jawab!" Ucapku padanya.
"Ya kalau begitu kamu harus mempertanggung jawabkan perbuatanmu semalam. Jadi jangan pernah lari dari jangkauanku." Ucapku telak sambil menatap ke dalam bola matanya. Ada ekspresi perubahan pada wajahnya kini. Tapi dia tak berkata apapun. "Jangan pernah resign. Tetaplah disisiku. Dengan begitu kau sudah bertanggung jawab."
"Hmm," Hanya gumaman kecil dan tak ada perkataan lain. Dia lalu membuka pintu mobil dan masuk ke dalam rumahnya. Aku hanya bisa menatapnya.
'Maaf, dengan ini aku tetap bisa mempertahankanmu di sisiku.'
.
.
.
Setelah kejadian itu, aku merasakan Sekretaris Huang sedikit berubah. Dia mulai sedikit berbicara dan terkesan seperti menghindariku. Dia bahkan tak mau masuk di hari Sabtu atau Minggu ketika aku menyuruhnya datang ke rumah seperti biasa. Dia sudah berani menolak perintahku.
Aku cukup kesal juga dengan tingkahnya akhir-akhir ini yang pulang meninggalkan kantor tanpa pamit padaku. Bahkan pulang lebih awal seringnya. Jadi hari ini aku akan mengamatinya dari sini ketika dia hendak pulang. Aku harus pulang bersamanya hari ini. Karena aku biasa mengantarkannya pulang.
Aku langsung bergegas mengambil jas dan tasku ketika Sekretaris Huang hendak pergi meninggalkan mejanya. Aku mengejar langkahnya dan langsung menarik lengannya. Dia seketika menoleh padaku, kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Pretty Secretary
Fiksi PenggemarHanya sekedar cerita antara Huang Renjun sang sekretaris dari seorang Direktur Muda yang juga seusianya bernama Lee Jeno. Ah, ternyata mereka dulu satu sekolah, tapi tidak akrab. Namun, Renjun mengenal Jeno tapi tidak tahu dengan Jeno, sepertinya ti...