Malam makin larut. Keran kamar mandiku makin kencang meneriakan ketidakadilan bagi semut-semut yang menagih jatah. Kepalaku tambah karut. Mulut-mulut berbunyi tak jelas arah.
Bagaimana mau tidur, jika selimut saja tak berpihak padaku. Sepertinya hanya Salah yang berani memelukku erat, bahkan sampai tercekik pun tak mengapa. Hanya Salah yang berani menampar mulut-mulut buangan, tanpa perlu minta permisi.
Lampu pijar mulai meredup, menyisakan hening-hening malam. Tubuhnya tak digubris oleh saklar. Putih berganti kuning, kuning berganti hitam, hitam tak dikenali.
Malam makin larut, menangkal monster dalam pikiran. Semut-semut telah tiada, meninggal dalam dekapan air keran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasional di Bawah Standar
RandomMari bermain bersama tulisanku, barangkali puing-puing nuranimu bisa tersusun kembali.