Bab 1 :: Awal

6.2K 475 2
                                    

Skylar menatap kesal pada langit yang mulai dipenuhi dengan awan hitam, pertanda jika hujan akan turun. Dan ketika skylar sudah selesai bersiap, hujan pun turun dengan begitu derasnya memaksa skylar untuk pergi sekolah menggunakan bus karena dia yang tidak memiliki jas hujan.


skylar keluarkan payung, dia pasang earpods dan menyetel playlist kesukaannya. Keluar dari rumah, skylar langsung saja pergi menuju halte, untungnya dia tidak perlu menunggu lama. Saat dia masuk, dia melihat teman dekatnya, Dyren tengah sibuk memainkan ponselnya.

"Pake bus juga lo?" Skylar bertanya sambil duduk disebelah Dyren, ia lepaskan earpods dan mata mereka bertemu membuat keduanya saling tersenyum.

"Iya, kalonya enggak gak mungkin gue ada disini" ucapan Dyren membuat Skylar tertawa, ia pukul pelan lengan lelaki yang lebih muda.

"Bener juga" dan itulah kata yang terucap sebelum tiba-tiba petir menyambar, keduanya kaget begitu juga dengan penumpang bus lain. Dyren mematikan ponselnya, begitu juga Skylar, tidak mau tersambar petir karena ponsel yang menyala.

"Bentar udah perpisahan, gak nyangka bakalan secepat ini" Dyren bicara, memecah keheningan setelah sambaran petir tadi. Skylar melirik kearahnya, menatap pada wajah Dyren yang terlihat sedih.

"Emangnya lo gak mau lulus? ekspresi lo sedih gitu" Balasan Skylar membuat Dyren menarik napas panjang, sangat jarang untuk seseorang yang seceria Dyren terlihat sedih seperti ini, membuat Skylar yakin jika ini adalah hal yang serius.

"Realistis aja lek, gue masih pengen sekolah, masih pengen nikmatin masa-masa ini. Gue masih belum siap buat lulus dan menghadapi kehidupan sebagai seorang lelaki dewasa yang harus bekerja. Bukannya gue pemalas, cuman, gue ngerasa sedikit tertekan, orang tua gue nyekolahin gue buat sukses, gue takut gagal" Balasan Dyren terdengar serius, Skylar dapat mendengar betul bagaimana takutnya Dyren.

"Enggak usah terlalu dipikirin, jalanin alurnya aja" Skylar mencoba menenangkan meskipun dia tau jika kata-katanya tidak membantu sama sekali. Namun, Dyren mau menerima itu dan mengangguk, mereka kembali saling tatap dan Dyren tersenyum.

Senyuman Dyren yang khas membuat Skylar merasa gemas dan mencubit pipinya, membuat Dyren teraduh dengan aksi yang tiba-tiba.

"Lo manis banget Ren, anjing!" ucap Skylar sambil mengusak rambut Dyren, membuat rambut hitam itu sedikit berantakan. Dyren hanya tertawa, menerima aksi yang Skylar lakukan padanya. Tawanya sangat berbeda dengan ucapan-ucapan serius yang beberapa detik lalu ia ucapkan, Skylar merasa bangga dengan dirinya sendiri karena mampu membuat Dyren tertawa dengan begitu mudah.

Setelah itu, mereka mulai membicarakan tentang hal-hal random, membuat suasana serius sebelumnya hilang begitu saja. Skylar memperhatikan Dyren yang tengah bicara. Tanpa ia sadari, ada senyuman yang terukir diwajahnya, bukan karena cerita yang Dyren bicarakan lucu, melainkan karena ekspresi Dyren yang membuatnya tersenyum. Ada kehangatan setiap kali lelaki itu bicara, bagaimana bersemangatnya dia, bagaimana intonasi bicaranya, dan hal lainnya dan membuat Skylar terjebak pada perasaan yang membingungkan.

Skylar tidak munafik, dia tau jika dia menyukai kedekatan yang mereka bagi, bagaimana mereka yang sama-sama memiliki love language physical touch and yang lainnya. Skylar kembali tersenyum sambil mendekatkan dirinya ke Dyren, membuat lutut mereka kini bersentuhan, tangan kanannya perlahan merangkul pundak Dyren, masih memperhatikan dan mendengarkan Dyren yang bicara.

Sepuluh menit berlalu, mereka akhirnya tiba di sekolah. Mereka berdua berjalan beriringan sambil memegang payung masing-masing, hujan masih turun dengan deras. Dan, terimakasih pada payung, mereka tidak kebasahan karena hujan.

Lorong sekolah sangat sepi, padahal sudah jam 7.20, namun itu adalah hal wajar mengingat hujan menjadi faktor utama keterlambatan siswa-siswi, mungkin juga para guru.

Manis; SkyrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang