Satu bulan telah berlalu sejak Skylar mulai menyadari perasaannya yang sesungguhnya terhadap Dyren. Setiap momen yang mereka habiskan bersama terasa semakin berarti, dan kini Skylar merasa sudah waktunya untuk menghabiskan waktu khusus dengan sahabat yang diam-diam ia taksir ini. Kali ini, ia bertekad untuk membuat hari mereka berkesan.
Pagi itu, jam menunjukkan pukul 7 ketika Skylar mengambil ponselnya dan menghubungi Dyren.
"Pagi, Ren! Gue ada rencana buat kita hari ini. Lo kosong kan?" tanya Skylar, suaranya terdengar ceria dan penuh antusiasme.
Dyren, yang masih setengah mengantuk, terdiam sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Pagi juga,lek... Rencana apa, nih? Lo bangun pagi banget, ya."
Skylar tertawa kecil. "Gue cuma pengen kita jalan-jalan aja, ngabisin waktu bareng. Sekalian refreshing, biar nggak suntuk terus sama tugas-tugas sekolah."
Setelah mendengar itu, Dyren langsung setuju. "Boleh, lah! Gue siap-siap dulu ya, jemput gue aja ke rumah."
Begitu percakapan berakhir, Skylar langsung bersiap-siap dengan semangat. Dia mengenakan pakaian kasual tapi rapi, berusaha tampil sebaik mungkin tanpa terlihat berlebihan. Setelah merasa cukup siap, Skylar mengambil helm dan jaketnya lalu bergegas menuju rumah Dyren, membayangkan bagaimana mereka akan menghabiskan hari ini.
Sesampainya di rumah Dyren, Skylar memarkir motornya di depan dan mengetuk pintu. Tak lama, pintu terbuka, memperlihatkan Dyren yang sudah siap dengan pakaian santai. Rambutnya yang sedikit berantakan justru memberi kesan alami yang membuat Skylar tersenyum lebar.
"Pagi, Ren!" sapa Skylar sambil tersenyum cerah.
"Pagi, lek. Lo semangat banget hari ini, ya?" jawab Dyren dengan tawa kecil.
Skylar mengangguk. "Ya jelas lah! Hari ini harus jadi hari yang seru buat kita."
Mereka kemudian berjalan menuju motor Skylar. Dyren mengenakan helm yang Skylar bawakan, lalu naik ke belakang sambil memegang bahu Skylar. Tanpa menunggu lama, Skylar menghidupkan mesin motor dan mereka berdua melaju menuju tujuan pertama mereka: sebuah taman yang cukup sepi dan teduh, tempat yang menurut Skylar sempurna untuk menghabiskan waktu.
Di sepanjang perjalanan, angin pagi yang sejuk berhembus lembut di wajah mereka. Dyren memeluk Skylar dengan erat agar tidak jatuh, dan Skylar merasakan detak jantungnya semakin cepat setiap kali Dyren merapatkan tubuhnya. Bagi Skylar, kehangatan Dyren di belakangnya sudah cukup membuatnya merasa bahagia.
Setelah sekitar 20 menit perjalanan, mereka tiba di taman yang dimaksud. Taman itu dikelilingi pepohonan rindang, dengan beberapa bangku taman yang masih kosong. Skylar dan Dyren berjalan santai, menikmati udara pagi yang segar. Mereka memutuskan untuk duduk di salah satu bangku, membiarkan diri mereka sejenak menikmati ketenangan.
"Jadi, kenapa lo tiba-tiba ngajak gue ke sini?" tanya Dyren sambil tersenyum penasaran.
Skylar mengangkat bahu dengan ekspresi cuek. "Ya, gue cuma pengen aja. Gue suka ngabisin waktu sama lo, Ren. Rasanya kalau nggak ada lo, gue jadi nggak lengkap."
Dyren tertawa kecil. "Apaan, sih, lo. Pagi-pagi gini udah mulai lebay aja."
Skylar hanya tersenyum sambil menatap Dyren. Baginya, ungkapan itu bukanlah sebuah kelakar atau candaan. Apa yang ia rasakan benar adanya, bahwa keberadaan Dyren dalam hidupnya begitu berarti. Namun, untuk saat ini, Skylar memilih untuk menyembunyikan perasaannya di balik canda dan tawa.
Setelah beberapa menit bercanda, mereka memutuskan untuk berjalan-jalan mengelilingi taman. Skylar sengaja melangkah lebih lambat agar bisa berada lebih dekat dengan Dyren. Kadang, ia mencuri pandang ke arah sahabatnya yang tengah menikmati pemandangan sekitar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Manis; Skyren
أدب الهواةSMA, dewasa dan homo konten. . "Kadang gue mikir, lo sadar nggak sih, betapa manisnya lo?" 一Skylar.